MAKALAH BULLYING
Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah ETIKA PROFESI.
Dosen Pengampu
: Intan Widiastuti, SH.,M.Kn
Disusun Oleh :
Candra Kristanto (C1155201114)
Yudha Prasetyo (C1155201147)
Arief Wahyudi (C1155201038)
Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer
(STMIK)
Palangka Raya
2014
A.
Pengertian Bulying
Bullying berasal dari kata
Bully, yaitu "ancaman". Bullying merupakan ancaman yang dilakukan
seseorang terhadap orang lain yang umumnya lebih lemah atau "rendah"
dari pelaku, hal ini menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya berupa stres.
yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya
susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya.
Korban tindakan Bullying biasanya, disebut bully boy atau bully girl.
Apapun bentuk Bully yang
dilakukan seorang anak pada anak lain, tujuannya adalah sama, yaitu untuk
"menekan" korbannya, dan mendapat kepuasan dari perlakuan tersebut.
Pelaku puas melihat ketakutan, kegelisahan, dan bahkan sorot mata permusuhan
dari korbannya.
B.
Bentuk Bullying.
1. Secara fisik :
mendorong dengan sengaja, memukul, menampar, memalak
atau meminta paksa barang yang bukan miliknya (lazim pada anak laki-laki).
2. Secara verbal :
memaki,
mengejek, calling names, menggosip (lebih pada anak perempuan)
3. Secara psikologis :
mengintimidasi,
mengecilkan, mengabaikan dan mendiskriminasikan.
bahkan yang lebih canggih dengan mengirim ejekan
melalui SMS atau MMS di telepon selular atau pun melalui email.
C.
Faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Bulying
Pepler dan Craig (1988)
mengidentifikasi beberapa faktor internal dan eksternal yang terkait dengan
korban bullying. Secara internal, anak yang rentan menjadi korban bullying
biasanya memiliki temperamen pencemas, cenderung tidak menyukai situasi sosial
(social withdrawal), atau memiliki karakteristik fisik khusus pada dirinya yang
tidak terdapat pada anak-anak lain, seperti warna rambut atau kulit yang
berbeda atau kelainan fisik lainnya. Secara eksternal, ia juga pada umumnya
berasal dari keluarga yang overprotektif, sedang mengalami masalah keluarga
yang berat, dan berasal dari strata ekonomi/kelompok sosial yang terpinggirkan
atau dipandang negatif oleh lingkungan.
D.
Dampak Bullying
Akibat bullying ini tidak
dapat dikatakan main-main. Bullying dapat mengganggu perkembangan sosial dan
emosional anak mulai dari yang ringan, sedang hingga yang serius dan mampu
berakibat pada kematian. Misalnya
v Dampak Bullying yang ringan
:
1.
membenci lingkungan sosialnya
2.
enggan ke sekolah
3.
selalu merasa kesepian
4.
sering membolos sekolah.
v Dampak Bullying yang sedang
:
1.
Prestasi belajar menurun
2.
rasa cemas berlebihan,
3.
selalu merasa takut,
4.
depresi,
5.
gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic
stress disorder) dapat timbul pada
korban bullying.
6.
Agresif , bersikap kasar pada orang lain (contoh : pada kakak
atau adik bahkan orang )
7.
Menghambat Aktualisasi Diri
Contoh kasus seorang anak
sebut saja Rian, dia mempunyai potensi besar dalam bidang sepakbola sehingga ia
memutuskan untuk bergabung dalam eskul sepakbola di sekolahnya. Namun, yang
terjadi adalah sejak ia bergabung di eskul tersebut, dirinya kerap kali menjadi
korban bullying dari kakak-kakak kelas yang juga anggota eskul tersebut. Ketika
datang agak terlambat, pulang – pulang Rian dipukuli kakak – kakak kelasnya,
atau terkadang dipalak dengan dalih membayar uang terlambat. Pada akhirnya,
akibat rasa takut dan cemas yang terus menerus melanda dirinya, ia pun
kesulitan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Sayang sekali,
bukan?
v Dampak Bullying berat :
1.
Phobia sekolah
2.
Depresi
3.
Hasrat bunuh Diri
(Data
dari Jepang dinyatakan bahwa 10% korban bullying mencoba bunuh diri)
E.
Tanda – tanda Anak Menjadi
Korban Bulying
1.
Munculnya keluhan atau perubahan perilaku atau emosi anak
akibat stres yang ia hadapi karena mengalami perilaku bullying.
2.
Kesulitan untuk tidur.
3.
Mengeluh sakit kepala atau perut
4.
Tidak nafsu makan atau muntah-muntah
5.
Takut pergi ke sekolah
6.
Sering pergi ke UKS/ruang kesehatan
7.
Menangis sebelum atau sesudah bersekolah
8.
Tidak tertarik pada aktivitas sosial yang melibatkan murid
lain
9.
Sering mengeluh sakit sebelum berangkat sekolah
10. Sering mengeluh sakit pada
gurunya dan ingin orangtua segera menjemput pulang
11. Harga diri yang rendah
12. Perubahan drastis pada
sikap, cara berpakaian, atau kebiasaannya
13. Kerusakan atau kehilangan
barang-barang pribadi, berkurangnya uang jajan yang tak dapat dijelaskan
14. Lecet atau luka yang tidak
dapat dijelaskan, atau dengan alasan yang dibuat-buat
15. Bersikap agresif di rumah
16. Tidak mengerjakan atau
menyelesaikan tugas-tugas sekolah, prestasi menurun
17. Sering merasa tidak berdaya
menghadapi permasalahan, submisif.
F.
Sikap Konselor Pada Anak
Bullying
1.
Selalu amati dan kenali perilaku anak-anak kita sehari-hari.
2.
Bila ternyata anak kita merupakan korban, dengarkan apa yang
ingin ia sampaikan (meskipun kesannya ‘sepele’), “aku gak mau sekolah… aku gak
suka temanku… temanku jahat ”. Pada anak yang lebih kecil biasanya akan
mengatakan : “temanku nakal”.
3.
Jadilah konselor yang
mau mendengarkan, memahami & memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang
pada anak.
4.
Ajarkan anak untuk berbicara dan terbuka pada orang dewasa di
sekolah, misal : guru, wali kelas, kita sebagai konselor, ataupun kepala
sekolah. Semuanya dimulai dengan selalu membuka komunikasi yang terbuka, sehat
& positif serta penuh kasih sayang pada anak.
5.
Sesekali konselor mengamati dan bergabung dalam kelompok anak,
terutama di waktu yang tidak terawasi guru.
6.
Tidak terlalu disarankan to
fight back (membalas dengan kekasaran) pada pelaku Bullying. Tetapi cukup
mengatakan : “Hentikan, saya tidak suka dengan perlakuan kamu” dan kemudian
tinggalkan si pelaku.
7.
Latih anak bagaimana berperilaku anticipated coping behavior jika kejadian berulang.
8.
Terkadang mengajak anak untuk berempati pada pelaku (karena
kemungkinan si pelaku juga merupakan korban bullying juga) bisa cukup membantu.
9.
Pastikan bahwa “Anak merasa nyaman untuk menjadi dirinya”.
Ini yang penting tentunya.
10. Jangan tunggu lama untuk
menyelesaikan masalah atau mencari pertolongan professional jika gejala
terlihat mengarah ke serius. Lebih cepat ditangani lebih baik & lebih
tepat..!!
11. Apabila diperlukan/kejadian
Bullying ini telah mengarah pada tindak kekerasan yang berakibat fatal seperti
mengakibatkan kecacatan atau mengancam nyawa anak, jangan segan segan
melaporkan kejadian tersebut pada Pihak Sekolah maupun Pihak berwajib.
v
Yang Patut Diingat
·
Korban bisa anak
laki-laki maupun perempuan
·
Pelaku juga dapat anak laki-laki atau pun
perempuan
·
Biasanya terjadi di
waktu yang tidak ada pengawasan guru; sebelum pelajaran dimulai, jam istirahat,
pulang sekolah, di kantin, di WC.
·
Menganggap bahwa itu
hanya kegiatan ‘iseng belaka’ dan ‘kamu akan baik-baik saja’ bukan lah respon
atau sikap yang diharapkan korban dari orang dewasa
·
Bullying (ternyata)
juga dapat dilakukan oleh orang dewasa, seperti guru di sekolah, guru les,
tetangga, oom & tante, bahkan orangtua sendiri!
·
Ancaman untuk bunuh
diri dari korban. Jangan pernah anggap remeh dengan ancaman yang satu ini.
·
Beberapa sekolah di
Jakarta masih banyak yang menganggap bullying adalah hal yang ‘jamak’. Pastikan
pihak sekolah anak-anak kita ‘aware’ akan hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bully dan Bullying,
diakses melalui :
pada tanggal 20 Mei 2011 jam 13.00 WIB.
Menghindari Anak
Menjadi Pelaku "Bullying", diakses melalui
pada tanggal 20 Mei 2011 jam 14.00 WIB.
Mengatasi Bullying di
Sekolah, diakses melalui :
pada tanggal 20 Mei 2011 jam 14.20 WIB.
BAHAYA & DAMPAK BULLYING , diakses melalui :
sumber/imoku.multiply.com/journal/detiknews
Mos
Asyik Tanpa Bullying (Bag. 2): Dampak Bullying & Kiat Menghindarinya,
diakses melalui :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar