Kamis, 25 Desember 2014

Tugas Etika Profesi

MAKALAH BULLYING
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ETIKA PROFESI.
Dosen Pengampu : Intan Widiastuti, SH.,M.Kn



Disusun Oleh :
Candra Kristanto           (C1155201114)
Yudha Prasetyo   (C1155201147)
Arief Wahyudi (C1155201038)

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
(STMIK)
Palangka Raya
2014


A.    Pengertian Bulying
Bullying berasal dari kata Bully, yaitu "ancaman". Bullying merupakan ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang umumnya lebih lemah atau "rendah" dari pelaku, hal ini menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya berupa stres. yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya. Korban tindakan Bullying biasanya, disebut bully boy atau bully girl.
Apapun bentuk Bully yang dilakukan seorang anak pada anak lain, tujuannya adalah sama, yaitu untuk "menekan" korbannya, dan mendapat kepuasan dari perlakuan tersebut. Pelaku puas melihat ketakutan, kegelisahan, dan bahkan sorot mata permusuhan dari korbannya.
B.     Bentuk Bullying.
 1. Secara fisik :
mendorong dengan sengaja, memukul, menampar, memalak atau meminta paksa barang yang bukan miliknya (lazim pada anak laki-laki).
 2. Secara verbal :
 memaki, mengejek, calling names, menggosip (lebih pada anak perempuan)
 3. Secara psikologis :
            mengintimidasi, mengecilkan, mengabaikan dan mendiskriminasikan.
bahkan yang lebih canggih dengan mengirim ejekan melalui SMS atau MMS di telepon selular atau pun melalui email.

C.    Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Bulying
Pepler dan Craig (1988) mengidentifikasi beberapa faktor internal dan eksternal yang terkait dengan korban bullying. Secara internal, anak yang rentan menjadi korban bullying biasanya memiliki temperamen pencemas, cenderung tidak menyukai situasi sosial (social withdrawal), atau memiliki karakteristik fisik khusus pada dirinya yang tidak terdapat pada anak-anak lain, seperti warna rambut atau kulit yang berbeda atau kelainan fisik lainnya. Secara eksternal, ia juga pada umumnya berasal dari keluarga yang overprotektif, sedang mengalami masalah keluarga yang berat, dan berasal dari strata ekonomi/kelompok sosial yang terpinggirkan atau dipandang negatif oleh lingkungan.
D.    Dampak Bullying
Akibat bullying ini tidak dapat dikatakan main-main. Bullying dapat mengganggu perkembangan sosial dan emosional anak mulai dari yang ringan, sedang hingga yang serius dan mampu berakibat pada kematian. Misalnya
v  Dampak Bullying yang ringan :
1.   membenci lingkungan sosialnya
2.    enggan ke sekolah
3.    selalu merasa kesepian
4.   sering membolos sekolah.
v  Dampak Bullying yang sedang :
1.   Prestasi belajar menurun
2.   rasa cemas berlebihan,
3.   selalu merasa takut,
4.   depresi,
5.   gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder) dapat           timbul pada korban bullying.
6.   Agresif , bersikap kasar pada orang lain (contoh : pada kakak atau adik bahkan orang )
7.   Menghambat Aktualisasi Diri
Contoh kasus seorang anak sebut saja Rian, dia mempunyai potensi besar dalam bidang sepakbola sehingga ia memutuskan untuk bergabung dalam eskul sepakbola di sekolahnya. Namun, yang terjadi adalah sejak ia bergabung di eskul tersebut, dirinya kerap kali menjadi korban bullying dari kakak-kakak kelas yang juga anggota eskul tersebut. Ketika datang agak terlambat, pulang – pulang Rian dipukuli kakak – kakak kelasnya, atau terkadang dipalak dengan dalih membayar uang terlambat. Pada akhirnya, akibat rasa takut dan cemas yang terus menerus melanda dirinya, ia pun kesulitan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Sayang sekali, bukan?
v  Dampak Bullying berat :
1.   Phobia sekolah
2.   Depresi
3.   Hasrat bunuh Diri
      (Data dari Jepang dinyatakan bahwa 10% korban bullying mencoba bunuh diri)
E.     Tanda – tanda Anak Menjadi Korban Bulying

1.      Munculnya keluhan atau perubahan perilaku atau emosi anak akibat stres yang ia hadapi karena mengalami perilaku bullying.
2.      Kesulitan untuk tidur.
3.      Mengeluh sakit kepala atau perut
4.      Tidak nafsu makan atau muntah-muntah
5.      Takut pergi ke sekolah
6.      Sering pergi ke UKS/ruang kesehatan
7.      Menangis sebelum atau sesudah bersekolah
8.      Tidak tertarik pada aktivitas sosial yang melibatkan murid lain
9.      Sering mengeluh sakit sebelum berangkat sekolah
10.  Sering mengeluh sakit pada gurunya dan ingin orangtua segera menjemput pulang
11.  Harga diri yang rendah
12.  Perubahan drastis pada sikap, cara berpakaian, atau kebiasaannya
13.  Kerusakan atau kehilangan barang-barang pribadi, berkurangnya uang jajan yang tak dapat dijelaskan
14.  Lecet atau luka yang tidak dapat dijelaskan, atau dengan alasan yang dibuat-buat
15.  Bersikap agresif di rumah
16.  Tidak mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas sekolah, prestasi menurun
17.  Sering merasa tidak berdaya menghadapi permasalahan, submisif.
F.     Sikap Konselor Pada Anak Bullying
1.      Selalu amati dan kenali perilaku anak-anak kita sehari-hari.
2.      Bila ternyata anak kita merupakan korban, dengarkan apa yang ingin ia sampaikan (meskipun kesannya ‘sepele’), “aku gak mau sekolah… aku gak suka temanku… temanku jahat ”. Pada anak yang lebih kecil biasanya akan mengatakan : “temanku nakal”.
3.       Jadilah konselor yang mau mendengarkan, memahami & memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang pada anak.
4.      Ajarkan anak untuk berbicara dan terbuka pada orang dewasa di sekolah, misal : guru, wali kelas, kita sebagai konselor, ataupun kepala sekolah. Semuanya dimulai dengan selalu membuka komunikasi yang terbuka, sehat & positif serta penuh kasih sayang pada anak.
5.      Sesekali konselor mengamati dan bergabung dalam kelompok anak, terutama di waktu yang tidak terawasi guru.
6.      Tidak terlalu disarankan to fight back (membalas dengan kekasaran) pada pelaku Bullying. Tetapi cukup mengatakan : “Hentikan, saya tidak suka dengan perlakuan kamu” dan kemudian tinggalkan si pelaku.
7.      Latih anak bagaimana berperilaku anticipated coping behavior jika kejadian berulang.
8.      Terkadang mengajak anak untuk berempati pada pelaku (karena kemungkinan si pelaku juga merupakan korban bullying juga) bisa cukup membantu.
9.      Pastikan bahwa “Anak merasa nyaman untuk menjadi dirinya”. Ini yang penting tentunya.
10.  Jangan tunggu lama untuk menyelesaikan masalah atau mencari pertolongan professional jika gejala terlihat mengarah ke serius. Lebih cepat ditangani lebih baik & lebih tepat..!!
11.  Apabila diperlukan/kejadian Bullying ini telah mengarah pada tindak kekerasan yang berakibat fatal seperti mengakibatkan kecacatan atau mengancam nyawa anak, jangan segan segan melaporkan kejadian tersebut pada Pihak Sekolah maupun Pihak berwajib.

v  Yang Patut Diingat
·         Korban bisa anak laki-laki maupun perempuan
·          Pelaku juga dapat anak laki-laki atau pun perempuan
·         Biasanya terjadi di waktu yang tidak ada pengawasan guru; sebelum pelajaran dimulai, jam istirahat, pulang sekolah, di kantin, di WC.
·         Menganggap bahwa itu hanya kegiatan ‘iseng belaka’ dan ‘kamu akan baik-baik saja’ bukan lah respon atau sikap yang diharapkan korban dari orang dewasa
·         Bullying (ternyata) juga dapat dilakukan oleh orang dewasa, seperti guru di sekolah, guru les, tetangga, oom & tante, bahkan orangtua sendiri!
·         Ancaman untuk bunuh diri dari korban. Jangan pernah anggap remeh dengan ancaman yang satu ini.
·         Beberapa sekolah di Jakarta masih banyak yang menganggap bullying adalah hal yang ‘jamak’. Pastikan pihak sekolah anak-anak kita ‘aware’ akan hal ini.




                                                                                        




DAFTAR PUSTAKA
Bully dan Bullying, diakses melalui :
pada tanggal 20 Mei 2011 jam 13.00 WIB.
Menghindari Anak Menjadi Pelaku "Bullying", diakses melalui
pada tanggal 20 Mei 2011 jam 14.00 WIB.
Mengatasi Bullying di Sekolah, diakses melalui :
pada tanggal 20 Mei 2011 jam 14.20 WIB.
BAHAYA & DAMPAK BULLYING , diakses melalui :
sumber/imoku.multiply.com/journal/detiknews
Mos Asyik Tanpa Bullying (Bag. 2): Dampak Bullying & Kiat Menghindarinya, diakses melalui :







Tidak ada komentar:

Posting Komentar