Kamis, 25 Desember 2014

Bahan UAS Sistem Informasi Manajemen


STRATEGI UNTUKMENDAPAT KEUNGGULAN KOMPETITIF
Dalam masa sekarang yang serba modern peran aplikasi sistem informasi dalam bisnis
adalah untuk memberikan dukungan efektif atas strategi perusahaan agar dapat
memperoleh keunggulan kompetitif. Sistem informasi strategis dapat dapat membanu
perusahaan untuk menghadapi tekanan kompetitif yang membentuk struktur persaingan
dalam perusahaan, dan dikatakan oleh Michael Porter, dalam buku Sistem Informasi
Manajemen
bahwa keunggulan kompetitif suatu perusahaan dapat diwujudkan jika senantiasa berupaya
mengatasi pesaing yang sudah ada, pesaing baru, ancaman barang atau produk pengganti,
dan kekuatan tawar pelanggan atau pemasok.
Untuk mengatasi beberapa masalah dalam hal mendapatkan keunggulan kompetitif bisa
dicapai dengan mengimplementasikan beberapa strategi:
1. Strategi Kepemimpinan dalam biaya.
2. Strategi diferensiasi.
3. Strategi Inovasi.
4. Strategi Pertumbuhan.
5. Strategi Persekutuan.
kelima strategi diatas adalah strategi yang sudah sering dipakai oleh perusahaanperusahaan
dalam dunia bisnis, maka dari hal itu perlu adanya pembahasan mengenai
strategi lain yang mungkin bisa dipakai oleh suatu perusahaan dalam mengatasi masalahmasalah
yang muncul dari tekanan kompetitif. Strategi lain yang mungkin dapat digunakan
dalam menghadapi tekanan kompetitif:
1. Strategi TI
Dalam jaman sekarang yang serba canggih dibutuhkan strategi dengan penggunaan
media TI (teknologi informasi) hal ini bisa diterapkan dengan media internet atau dapat
disebut juga dengan e-commerce. melalui jaringan ini seorang pengusaha atau
perusahaan dapat menekan biaya dalam hal proses bisnis, misalnya dalam hal
perikalanan. Adapun hal lain yang dapat diperoleh dengan TI adalah dapat mengurangi
keunggulan diferensiasi para pesaing, kemudian kita juga dapat mengembangkan pangsa
pasar kita yang sebelumnya mungkin masih dalam skala local menjadi nasional bahkan
sampai internasional, melalui TI juga kita bisa membangun kerjasama virtual dengan
pelanggan, pemasok, dan pihak lain dengan akses yang lebih mudah dan cepat.
2. Strategi Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan)
untuk memudahkan pemahaman mengenai menajemen pengetahuan, pertama kita
harus tahu terlebih dahulu mengenai definisinya. Fernandez dan Shabwerwal (2001)
mengartikan pengetahuan sebagai suatu hasil refleksi dan pengalaman seseorang,
sehingga pengetahuan selalu dipunyai oleh individu atau kelompok.
Studi-Studi KM mengungkapakan pentingnya organisasi mengembangkan pengetahuan
sebagai asset agar mempu menghadapi persaingan. studi Caniero (2000) memberikan
pemahaman bahwa KM dibentuk dari berbagai karakteristik personal dan pengembangan
personal. KM membentuk keputusan-keputusan stratejik, dan dari keputusan-keputusan
Stratejik terbentuklah market Knowledge dan Icompetitors knowledge. Market Knowledge
adalah usaha-usaha inovatif dan menghasilkan inovasi sedangkan competitors knowledge
membentuk usaha-usaha kompetitif yang menghasilkan daya saing. (B. Elnath Aldi,2005)
mengacu dari hasil penelitian yang dilakukan diatas menunjukkan bahwa KM memegang
peranan dalam kehidupan organisasi. pengetahuan dapat dikatakan merupakan sumber
internal dalam organisasi yang tidak mungkin diadaptasi oleh pesaing atau competitors. hal
ini dikarenakan pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu berbeda satu sama lain.
sehingga para pesaing tidak mungkin meniru pengetahuan yang dipunyai oleh perusahaan.
sebagai semberdaya yang berharga bagi organisasi, sebaiknya organisasi mengelola
manajemen pengetahuan dengan baik. ada empat langkah yang perlu dilakukan agar KM
menjadi sumber daya yang stratejik.
a. pengetahuan dapat “disimpan”
data, informasi, maupun pengetahuan dapat disimpan dalam bentuk dokumentasi agar
mudah ditelusuri dan dapat dengan mudah memanfaatkannya di setiap kesempatan.
b. Pengetahuan mudah diakses
setiap anggota organisasi difasilitasi agar mampu mengakses pusat pengetahuan
organisasi sehingga dapat meningkatkan KM masing-masing anggota.
c. Peningkatan Pengetahuan didukung oleh organisasi
organisasi menciptakan lingkungan yang mempercepat peningkatan pengetahuan,
contoh kongkritnya adalah perusahaan memberikan penghargaan bagi anggota yang
menyumbangkan pengetahuan demi kemajuan organisasi.
d. Mengelola pengetahuan sebagai Aset.
Organisasi yang mempunyai pengetahuan superior mampu mengkoordinasi dan
mengkombinasikan sumberdaya-sumberdaya tradisional dan kapabilitas dalam bentuk dan
cara baru sehingga dapat memberikan nilai lebih bagi pelanggan. dengan memiliki sumber
daya pengetahuan yang superior organisasi dapat mengetahui bagaimana mengembangkan
dan mengeksploitasi sumber daya lebih baik dari pesaing meskipun sumber daya tersebut
unik dan mudah ditiru.
Knowledge management bisa dikatakan merupakan aset utama dari sebuah organisasi, dan
menjadi dasar dari segala strategi keunggulan kompetitif yang lain karena tanpa adanya
manajemen pengetahuan yang baik dari organisasi itu maka organisasi itu akan sulit
bersaing, akan terus tertinggal dan kalaupun ingin memakai strategi TI, inovasi, diferensiasi,
dan lain sebagainya harus didukung daris sejauh mana pengetahuannya mengenai hal
tersebut.
E-Commerce: DigitalMarkets, Digital Goods
Perdagangan sebenarnya merupakan kegiatan yang dilakukan manusia sejak awal
peradabannya. Sejalan dengan perkembangan manusia, cara dan sarana yang digunakan
untuk berdagang senantiasa berubah. Bentuk perdagangan terbaru yang kian memudahkan
penggunanya kini ialah e-commerce. Makhluk apa sesungguhnya e-commerce itu,
bagaimana ia dapat mempermudah penggunanya, serta peran pentingnya akan dibahas
dalam tulisan ini.
Pengertian E-Commerce
Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis
yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission), oleh para ahli dan pelaku
bisnis dicoba dirumuskan definisinya. Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai
segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and
service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan di
atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis.
Kesimpulannya, "e-commerce is a part of e-business".
Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahankemudahan
yang dimiliki oleh jaringan internet, yaitu:
1. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread network), layaknya
yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan kemudahan akses.
2. Menggunakan electronic data sebagai media penyampaian pesan/data sehingga dapat
dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik dalam
bentuk data elektronik analog maupun digital.
Dari apa yang telah diuraikan di atas, dengan kata lain; di dalam e-commerce, para pihak
yang melakukan kegiatan perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu
jaringan publik (public network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan media
internet.
E-commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (consumers),
manufaktur (manufactures), service providers dan pedagang perantara (intermediaries)
dengan menggunakan jaringan-jaringan komputer (komputer networks) yaitu internet.
Julian Ding dalam bukunya E-commerce: Law & Practice, mengemukakan bahwa ecommerce
sebagai suatu konsep yang tidak dapat didefinisikan. E-commerce memiliki arti
yang berbeda bagi orang yang berbeda.
E-commerce digunakan sebagai transaksi bisnis antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain, antara perusahaan dengan pelanggan (customer), atau antara
perusahaan dengan institusi yang bergerak dalam pelayanan public. Jika diklasifikasikan,
sistem e-commerce terbagi menjadi tiga tipe aplikasi, yaitu:
Electronic Markets (EMs).
EMs adalah sebuah sarana yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk
melakukan/menyajikan penawaran dalam sebuah segmen pasar, sehingga pembeli dapat
membandingkan berbagai macam harga yang ditawarkan. Dalam pengertian lain, EMs
adalah sebuah sistem informasi antar organisasi yang menyediakan fasilitas-fasilitas bagi
para penjual dan pembeli untuk bertukar informasi tentang harga dan produk yang
ditawarkan. Keuntungan fasilitas EMs bagi pelanggan adalah terlihat lebih nyata dan efisien
dalam hal waktu. Sedangkan bagi penjual, ia dapat mendistribusikan informasi mengenai
produk dan service yang ditawarkan dengan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan
lebih banyak.
Electronic Data Interchange (EDI).
Kalau di dalam perusahaan menggunakan EDI untuk mengotomatiskan transaksi untuk B2B
e-commerce dan pengisian kembali inventori berlanjut. Para penyalur dapat secara
otomatis mengirimkan data tentang pengiriman [bagi/kepada] membeli perusahaan.
Pembelian Perusahaan dapat menggunakan EDI untuk menyediakan produksi dan
kebutuhan inventori dan data pembayaran ke para penyalur. Seperti pada gambar EDI yang
berikut ini :
EDI adalah sarana untuk mengefisienkan pertukaran data transaksi-transaksi reguler yang
berulang dalam jumlah besar antara organisasi-organisasi komersial.
Secara formal EDI didefinisikan oleh International Data Exchange Association (IDEA) sebagai
“transfer data terstruktur dengan format standard yang telah disetujui yang dilakukan dari
satu sistem komputer ke sistem komputer yang lain dengan menggunakan media
elektronik”.
EDI sangat luas penggunaannya, biasanya digunakan oleh kelompok retail yang besar ketika
melakukan bisnis dagang dengan para supplier mereka.
EDI memiliki standarisasi pengkodean transaksi perdagangan, sehingga organisasi komersial
tersebut dapat berkomunikasi secara langsung dari satu sistem komputer yang satu ke
sistem komputer yang lain tanpa memerlukan hardcopy, faktur, serta terhindar dari
penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam penanganan berkas dan intervensi dari
manusia.
Keuntungan dalam menggunakan EDI adalah waktu pemesanan yang singkat, mengurangi
biaya, mengurangi kesalahan, memperoleh respon yang cepat, pengiriman faktur yang
cepat dan akurat serta pembayaran dapat dilakukan secara elektronik.
Karakteristik E-Commerce.
Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce memiliki beberapa
karakteristik yang sangat khusus, yaitu :
a. Transaksi tanpa batas
Sebelum era internet, batas-batas geografi menjadi penghalang suatu perusahaan atau
individu yang ingin go-international. Sehingga, hanya perusahaan atau individu dengan
modal besar yang dapat memasarkan produknya ke luar negeri.Dewasa ini dengan
internet pengusaha kecil dan menengah dapat memasarkan produknya secara
internasional cukup dengan membuat situs web atau dengan memasang iklan di situssitus
internet tanpa batas waktu (24 jam), dan tentu saja pelanggan dari seluruh dunia
dapat mengakses situs tersebut dan melakukan transaksi secara on line.
b. Transaksi anonim
Para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak harus bertemu muka
satu sama lainnya. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai
pembayarannya telah diotorisasi oleh penyedia sistem pembayaran yang ditentukan,
yang biasanya dengan kartu kredit.
c. Produk digital dan non digital
Produk-produk digital seperti software komputer, musik dan produk lain yang bersifat
digital dapat dipasarkan melalui internet dengan cara mendownload secara elektronik.
Dalam perkembangannya obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi barangbarang
kebutuhan hidup lainnya.
d. Produk barang tak berwujud
Banyak perusahaan yang bergerak di bidang e-commercen dengan menawarkan barang
tak berwujud separti data, software dan ide-ide yang dijual melalui internet.
Implementasi e-commerce pada dunia industri yang penerapannya semakin lama semakin
luas tidak hanya mengubah suasana kompetisi menjadi semakin dinamis dan global, namun
telah membentuk suatu masyarakat tersendiri yang dinamakan Komunitas Bisnis Elektronik
(Electronic Business Community). Komunitas ini memanfaatkan cyberspace sebagai tempat
bertemu, berkomunikasi, dan berkoordinasi ini secara intens memanfaatkan media dan
infrastruktur telekomunikasi dan teknologi informasi dalam menjalankan kegiatannya
sehari-hari. Seperti halnya pada masyarakat tradisional, pertemuan antara berbagai pihak
dengan beragam kepentingan secara natural telah membentuk sebuah pasar tersendiri
tempat bertemunya permintaan (demand) dan penawaran (supply). Transaksi yang terjadi
antara demand dan supply dapat dengan mudah dilakukan walaupun yang bersangkutan
berada dalam sisi geografis yang berbeda karena kemajuan dan perkembangan teknologi
informasi, yang dalam hal ini adalah teknologi e-commerce.
Secara umum e-commerce dapat diklasifasikan menjadi dua jenis yaitu; Business to
Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C).
Business to Business (B2B) adalah sistem komunikasi bisnis on-line antar pelaku bisnis,
sedangkan Business to Consumer (B2C) merupakan mekanisme toko on-line (electronic
shopping mall), yaitu transaksi antara e-merchant dengan e-customer
Dalam Business to Business pada umumnya transaksi dilakukan oleh para trading partners
yang sudah saling kenal dengan format data yang telah disepakati bersama. Sedangkan
dalam Business to Customer sifatnya terbuka untuk publik, sehingga setiap individu dapat
mengaksesnya melalui suatu web server. Dalam kajian ini, untuk selanjutnya yang akan
dibahas adalah Business to customer.
Mekanisme E-Commerce.
Transaksi elektronik antara e-merchant (pihak yang menawarkan barang atau jasa melalui
internet) dengan e-customer (pihak yang membeli barang atau jasa melalui internet) yang
terjadi di dunia maya atau di internet pada umumnya berlangsung secara paperless
transaction, sedangkan dokumen yang digunakan dalam transaksi tersebut bukanlah paper
document, melainkan dokumen
elektronik (digital document).
Kontrak on line dalam e-commerce menurut Santiago Cavanillas dan A. Martines Nadal,
seperti yang dikutip oleh Arsyad Sanusi memiliki banyak tipe dan variasi yaitu :
a.Kontrak melalui chatting dan video conference;
b.Kontrak melalui e-mail;
c.Kontrak melalui web atau situs.
Chatting dan Video Conference adalah alat komunikasi yang disediakan oleh internet yang
biasa digunakan untuk dialog interaktif secara langsung. Dengan chatting seseorang dapat
berkomunikasi secara langsung dengan orang lain persis seperti telepon, hanya saja
komunikasi lewat chatting ini adalah tulisan atau pernyataan yang terbaca pada komputer
masing-masing.
Sesuai dengan namanya, video conference adalah alat untuk berbicara dengan beberapa
pihak dengan melihat gambar dan mendengar suara secara langsung pihak yang dihubungi
dengan alat ini. Dengan demikian melakukan kontrak dengan menggunakan jasa chatting
dan video conference ini dapat dilakukan secara langsung antara beberapa pihak dengan
menggunakan sarana komputer atau monitor televisi.
Kontrak melalui e-mail adalah salah satu kontrak on-line yang sangat populer karena
pengguna e-mail saat ini sangat banyak dan mendunia dengan biaya yang sangat murah dan
waktu yang efisien. Untuk memperoleh alamat e-mail dapat dilakukan dengan cara
mendaftarkan diri kepada penyedia layanan e-mail gratis atau dengan mendaftarkan diri
sebagai subscriber pada server atau ISP tertentu. Kontrak e-mail dapat berupa penawaran
yang dikirimkan kepada seseorang atau
kepada banyak orang yang tergabung dalam sebuah mailing list, serta penerimaan dan
pemberitahuan penerimaan yang seluruhnya dikirimkan melalui e-mail.
Di samping itu kontrak e-mail dapat dilakukan dengan penawaran barangnya diberikan
melalui situs web yang memposting penawarannya, sedangkan penerimaannya dilakukan
melalui e-mail.
Kontrak melalui web dapat dilakukan dengan cara situs web seorang supplier (baik yang
berlokasi di server supplier maupun diletakkan pada server pihak ketiga) memiliki diskripsi
produk atau jasa dan satu seri halaman yang bersifat self-contraction, yaitu dapat digunakan
untuk membuat kontrak sendiri, yang memungkinkan pengunjung web untuk memesan
produk atau jasa tersebut.
Para konsumen harus menyediakan informasi personal dan harus menyertakan nomor kartu
kredit.
Selanjutnya, mekanismenya adalah sebagai berikut:
untuk produk on line yang berupa software, pembeli diizinkan untuk men-download-nya;
untuk produk yang berwujud fisik, pengiriman barang dilakukan sampai di rumah
konsumen;
untuk pembelian jasa, supplier menyediakan untuk melayani konsumen sesuai dengan
waktu dan tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian.
Mekanisme transaksi elektronik dengan e-commerce dimulai dengan adanya penawaran
suatu produk tertentu oleh penjual (misalnya bertempat kedudukan di USA) di suatu
website melalui server yang berada di Indonesia (misalnya detik.com). Apabila konsumen
Indonesia melakukan pembelian, maka konsumen tersebut akan mengisi order mail yang
telah disediakan oleh pihak penjual.
Selanjutnya cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh konsumen tersebut dapat memilih
dengan :
a.transaksi model ATM;
b.pembayaran langsung antara dua pihak yang bertransaksi tanpa perantara;
c.dengan perantaraan pihak ketiga;
d.dengan micropayment;
e.dengan Anonymous Digital Cash.
Dewasa ini lembaga-lembaga pembiayaan, seperti Visa dan Mastercard, telah
mengembangkan sistem pembayaran dengan Secure Electronic Transaction (SET). Dengan
sistem ini transaksi akan melibatkan lembaga CA (Certificate of Authenticity) dan payment
gateway. Uraian mengenai hal ini selanjutnya akan dibahas pada bagian terakhir bahasan
Hukum dan Cyberlaw. Tetapi pada intinya mekanisme pembayaran dengan menggunakan
SET ini melibatkan beberapa pihak yaitu :
a. issuer, yaitu institusi financial yang mengeluarkan kartu bank;
b. cardholder, yaitu konsumen yang telah terdaftar di issuer;
c. merchant, yaitu penjual barang atau jasa atau informasi;
d. acquirer, yaitu institusi finansial yang menyediakan pelayanan untuk memproses
transaksi kartu bank;
e. CA, yaitu lembaga yang memiliki otoritas untuk mengeluarkan sertifikat digital.
Apabila proses pembayaran tersebut telah diotorisasi, maka proses selanjutnya adalah
pengiriman barang. Cara pengiriman barang tersebut disesuaikan dengan macam produk
yang diperdagangkan. Untuk produk yang berupa barang-barang berwujud, maka
pengirimannya dilakukan melalui pengiriman biasa, sedangkan untuk barang-barang tak
berwujud seperti jasa, software atau produk digital lainnya maka pengirimannya melalui
proses download.
Dalam proses terjadinya transaksi e-commerce, menurut Julian Ding sebagaimana dikutip
oleh Marian Darus Badrulzaman menentukan bahwa: “A contract is a struck when two or
more persons agree to a certain course of conduct”.
Maksudnya, kontrak adalah sebagai pertemuan dalam dua atau lebih pihak setuju
melakukan tindakan tertentu, sehingga pada saat itulah kesepakatan tercapai.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka secara umum mekanisme transaksi
elektronik melalui e-commerce dapat digambarkan sebagai berikut :
a. E-customer dan e-merchant bertemu dalam dunia maya melalui server yang disewa dari
Internet Server Provider (ISP) oleh e-merchant.
b. Transaksi melalui e-commerce disertai term of use dan sales term condition atau
klausula standar, yang pada umumnya e-merchant telah meletakkan klausula
kesepakatan pada website-nya, sedangkan e-customer jika berminat tinggal memilih
tombol accept atau menerima.
c. Penerimaan e-customer melalui mekanisme “klik” tersebut sebagai perwujudan dari
kesepakatan yang tentunya mengikat pihak e-merchant.
d. Pada saat kedua belah pihak mencapai kesepakatan, kemudian diikuti dengan proses
pembayaran, yang melibatkan dua bank perantara dari masing-masing pihak yaitu
acquiring merchant bank dan issuing customer bank.Prosedurnya e-customer
memerintahkan kepada issuing customer bank untuk dan atas nama e-customer
melakukan sejumlah pembayaran atas harga barang kepada acquiring merchant bank
yang ditujukan kepada e-merchant.
e. Setelah proses pembayaran selesai kemudian diikuti dengan proses pemenuhan prestasi
oleh pihak e-merchant berupa pengiriman barang sesuai dengan kesepakatan mengenai
saat penyerahan dan spesifikasi barang.
Contoh Penggunaan E-Commerce pada UKM
Penerapan TI Memperkuat UKM India
Konfederasi Industri India atau Confederation of Indian Industry (CII), awal bulan lalu merilis
hasil survey yang memperlihatkan bahwa TI telah mengubah peruntungan segmen UKM di
India.
Survey yang dilaporkan awal November lalu ini menyebutkan bahwa penggunaan TI di
kalangan UKM India dan hadirnya website telah menghasilkan peningkatan pendapatan.
Survey ini menunjukkan bahwa akuntansi dan pengelolaan inventaris (inventory
management) merupakan dua wilayah kunci dimana e-commerce di kalangan UKM India
kini tengah diterapkan.
Dalam survey tersebut, dilaporkan bahwa 78% dari responden mengindikasikan suatu
peningkatan dalam pendapatannya akibat penggunaan TI. Kemudian, 12% dari responden
melaporkan peningkatan pendapatan antara 5-25%. Sementara itu, 8% responden
melaporkan peningkatan pendapatan 25-50%. Peningkatan pendapatan ini kemungkinan
disebabkan oleh berbagai keuntungan dari aplikasi TI oleh kalangan UKM.
Dibandingkan tahun sebelumnya, ada peningkatan dalam persentase responden yang
menggunakan TI, dengan tingkat penggunaan TI yang bertambah baik secara bertahap. Tren
aplikasi TI untuk berbagai fungsi relatif sama untuk tahun ini. Keuangan tetap menjadi
bagian yang paling tinggi dalam penerapan TI dalam suatu perusahaan, diikuti dengan
bagian penjualan dan pemasaran, penelitian dan pengembangan (R&D) dan masalah
korporat, demikian menurut
survey tersebut.
“Berkaitan dengan penggunaan Internet oleh kalangan UKM, ada peningkatan secara
bertahap dalam persentase responden yang menggunakan Internet secara efektif dan
efisien dibandingkan tahun sebelumnya,” berdasarkan survey tersebut. Survey CII-SME ini
juga melaporkan meningkatnya kepedulian di kalangan UKM untuk memiliki website sendiri.
Beberapa Tips dan Trik dalam Penggunaan E-Commerce
Saat ini, hampir semua calon konsumen menanyakan, “Ada websitenya nggak?” apabila
ditawari sebuah produk, jasa atau pilihan berbisnis. Karena itulah, kini keberadaan sebuah
Toko Online / internet marketing system menjadi hal penting dalam menjalankan business,
baik berjualan barang maupun jasa. Maka, terlebih dulu harus diketahui masalah apa saja
yang ditemui saat telah memiliki Toko Online / online shop. Siapa sebetulnya yang menjadi
target customer? Apakah internasional atau nasional? Hal lain yang harus dipikirkan adalah
masalah pembayaran, pemesanan, pengepakan dan pengiriman.
Berikut adalah masukan dari anggota dan moderator milis Dunia Wirausaha yang sukses
berjualan lewat internet, maupun sukses pula menjadi konsumen Toko Online :
1) Umumnya masalah yang ditemui bagi (calon) konsumen dari Indonesia adalah yang
berkaitan dengan kepercayaan. Calon konsumen banyak yang susah percaya dengan
sistem penjualan online (misalnya, takut tertipu sudah melakukan pembayaran namun
tidak ada pengantaran barang).
Cara paling mudah untuk mencegah hal ini adalah dengan mencantumkan alamat dan
nomor telepon di website atau di signature email, karena ini menjadi bukti bahwa
penjualan ini tidak main-main atau bohongan, sekaligus memberikan kepercayaan pada
calon konsumen bahwa penjual “mudah dicari”. Ini sesuai pula dengan masukan salah
seorang anggota Milis Dunia Wirausaha yang melihat performance sebuah online shop
berdasarkan history penjualan selama ini, misalnya di E-bay dimana konsumen bisa
melihat sudah berapa banyak penjualan yang berhasil dilakukan. Ketidakpercayaan ini
juga bisa timbul karena calon konsumen tidak bisa melihat langsung contoh barang yang
dijual. Karena itu, sebaiknya ada pula keterangan mengenai Info Barang.
2) Perlu adanya info tentang barang yang jelas dan cukup detail karena calon konsumen
tidak bisa langsung memegang dan melihat (langsung) barang yang ingin dibeli. Foto
produk adalah hal yang sangat penting, termasuk juga apabila barang yang dijual
tersebut multifungsi.
Sebaiknya menyediakan berbagai tampilan foto yang memperlihatkan masing-masing
fungsinya.
Detail-detail lain yang selayaknya ditampilkan pula ialah :
Pilihan warna (dengan foto).
Info ukuran dan info bahan.
Info perawatan.
Info pengecekan jumlah barang yang tersedia.
Sebaiknya langsung tersedia info ini (bukan menghubungi kembali), karena ini akan
mempengaruhi keinginan konsumen untuk membeli (berkaitan dengan total berat
barang yang yang akan dibeli dan perbandingannya dengan ongkos pengiriman).
3) Harga yang kompetitif. Pasalnya, konsumen online biasanya akan lebih mudah
membandingkan dengan harga-harga jual di toko online lainnya ataupun toko biasa.
4) Pengiriman yang murah dan cepat biasanya menjadi masukan juga untuk si calon
konsumen.
Beban biaya pengiriman akan lumayan terasa berat jika barangnya sendiri kecil secara
ukuran atau murah secara nominal harga. Akan lebih baik jika ada penawaran beberapa
jenis kiriman, biasa atau ekspress. Akan tetapi ada pula pengiriman barang yang tidak
memperhatikan dimensi dan berat total barang.
TIKI termasuk salah satu jasa pengiriman yang direkomendasikan karena calon
konsumen bisa mengecek sendiri lewat www.tiki.co.id untuk melihat harga kirim sesuai
wilayah dan berat.
Alternatif lainnya, ialah membuat jasa kurir sendiri (khusus) untuk melayani pengiriman
(untuk pengiriman lokal, misalnya Jakarta saja) dimana jasa kurir ini juga bisa bekerja sama
dengan kurir lain untuk pengiriman luar kota.
5) Untuk pembayaran, ada beberapa alternatif. Akan lebih mudah bagi konsumen apabila
ada beberapa pilihan pembayaran misalnya: transfer bank setelah barang diterima,
pembayaran didepan atau kartu kredit.
Untuk COD (Cash on Delivery), sebaiknya hal ini dipilih apabila menggunakan jasa kurir
pribadi, terutama untuk konsumen baru (yang baru pertama kali membeli atau memakai
jasa) dimana umumnya mereka lebih merasa aman dengan COD. Akan jadi nilai plus
apabila sang kurir bisa menerangkan pada konsumen tentang cara pemakaian barang
tersebut.
6) Pengemasan, tergantung pada barang apa yang dijual dan lokasi tujuan barang. Biasanya
kalau dekat, cukup dengan plastik, namun untuk luar kota tetap harus ada pengemasan
yang lebih kuat dan aman, apalagi jika barangnya dapat rusak atau pecah.
7) Customer Service harus tersedia dan siap dihubungi oleh konsumen kapan saja. Karena
e-commerce tergolong baru di Indonesia, jadi jika barang belum diterima, konsumen
sering was-was dan terus menerus menghubungi penjual. Maka sangat diperlukan
customer service yang dapat dengan cepat menanggapi pertanyaan maupun keluhan.
8) Pilih tempat web hosting yang reliable dan supportnya mudah di hubungi.
9) Adanya keterangan update pemesanan sampai pengiriman. Misalnya, pemberitahuan
setelah form pesanan diterima, pemberitahuan setelah pembayaran diterima, serta
pemberitahuan mengenai waktu pengiriman dan perkiraan tiba di tempat konsumen.
10) Insentif untuk pengunjung atau konsumen. Misalnya untuk konsumen yang aktif di
website tersebut, ex: tersedia potongan harga senilai Rp.X untuk pengunjung yang
mengisi kuesioner. Intinya, seperti masukan seorang anggota milis Dunia Wirausaha
yaitu Toko Online yang “bagus” adalah yang bagus secara sistem aplikasi juga sistem
pelayanannya.
11) Komersialisasi situs web. Pemilik juga harus memperhatikan sumber pendanaan per
bulannya, antara lain untuk hosting dan domain Jika belum mendapatkan pendapatan
dari web, maka ia harus menyediakan cadangan dana. Karena itu mengkomersialisasikan
web Toko Online juga bisa menjadi perhatian khusus.
Contoh, lewat pemasangan iklan banner di mana pengiklan biasanya mau memasang iklan
apabila web tersebut ramai pengunjungnya.Untuk melihat hal ini, perlu disediakan juga
tools untuk memeriksa traffic kunjungan, dan cara-cara internet marketing yang baik (tidak
melakukan spam).
PERBEDAAN PENGEMBANGAN SOFTWARE DENGAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
Pengembangan Software
Sebuah metodologi pengembangan perangkat lunak (software) mengacu pada kerangka
yang digunakan untuk struktur, merencanakan, dan mengontrol proses pengembangan
sistem informasi. Berbagai kerangka tersebut telah berkembang selama bertahun-tahun,
masing-masing dengan kekuatan sendiri diakui dan kelemahan. Satu sistem metodologi
pengembangan yang belum tentu cocok untuk digunakan oleh seluruh proyek. Setiap
metodologi yang tersedia sangat cocok untuk jenis proyek tertentu, berdasarkan berbagai
teknis, proyek organisasi, dan pertimbangan tim.
Kerangka metodologi pengembangan perangkat lunak terdiri dari:
1. Sebuah filosofi pengembangan perangkat lunak, dengan pendekatan atau pendekatan
dari proses pengembangan perangkat lunak
2. Beberapa alat, model dan metode, untuk membantu dalam proses pengembangan
software.
Pendekatan pembangunan software yang dapat digunakan:
Prototyping
Prototyping paradigma dimulai dengan pengumpulan kebutuhan. Pengembang dan
pelanggan bertemu dan mendefinisikan obyektif keseluruhan dari software,
mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui, dan area garis besar dimana definisi lebih
jauh merupakan keharusan kemudian dilakukan “perancangan kilat”. Perancangan kilat
berfokus pada penyajian dari aspek – aspek software tersebut yang akan nampak bagi
pelanggan atau pemakai (contohnya pendekatan input dan format output). Perancangan
kilat membawa kepada konstruksi sebuah prototipe. Prototipe tersebut dievaluasi oleh
pelanggan/pemakai dan dipakai untuk menyaring kebutuhan pengembangan software.
Spiral
Model spiral (spiral model) adalah model proses software yang evolusioner yang merangkai
sifat iteratif dari prototipe dengan cara kontrol dan aspek sistematis. Model ini berpotensi
untuk pengembangan versi pertambahan software secara cepat. Di dalam model spiral,
software dikembangkan di dalam suatu deretan pertambahan
Model spiral dibagi menjadi sejumlah aktifitas kerangka kerja, disebut juga wilayah tugas, di
antara tiga sampai enam wilayah tugas, yaitu :
1. Komunikasi Pelanggan
2. Tugas – tugas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang efektif di antara
pengembangan dan pelanggan.
3. Tugas – tugas yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sumber – sumber daya, ketepatan
waktu, dan proyek informasi lain yang berhubungan.
Water falls
Model air terjun adalah proses pembangunan berurutan, dimana pembangunan dilihat
sebagai terus mengalir ke bawah (seperti air terjun) melalui tahap analisis kebutuhan,
desain, penerapan, pengujian (validasi), integrasi, dan pemeliharaan.
Prinsip dasar model air terjun adalah:
Proyek dibagi menjadi fase yang berurutan, dengan beberapa tumpang tindih dan
splashback diterima antara fase.
Penekanan adalah pada perencanaan, jadwal waktu, tanggal target, anggaran dan
pelaksanaan seluruh sistem pada satu waktu.
Kontrol ketat dijaga selama umur proyek melalui penggunaan dokumentasi tertulis yang
luas, serta melalui review dan persetujuan formal / signoff oleh pengguna dan
manajemen teknologi informasi yang terjadi pada akhir fase yang paling sebelum
memulai tahap berikutnya.
Pengembangan Sistem Informasi:
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi yaitu:
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen.
Setelah sistem selesai dikembangkan, maka yang akan menggunakan informasi dari
sistem ini adalah manajemen, sehingga sistem harus dapat mendukung, kebutuhan yang
diperlukan oleh manajemen. Pada waktu Anda mengembangkan sistem, maka prinsip ini
harus selalu diingat.
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar.
Sistem informasi yang akan Anda kembangkan membutuhkan dana modal yang tidak
sedikit, apalagi dengan digunakannya teknologi yang mutakhir.
Sistem yang dikembangkan ini merupakan investasi modal yang besar. Seperti halnya
dengan investasi modal lainnya yang dilakukan oleh perusahaan, maka setiap investasi
modal harus mempertimbangkan 2 hal berikut ini:
1. Semua alternatif yang ada harus diinvestigasi.
2. Investasi yang terbaik harus bernilai.
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang-orang yang terdidik.
Manusia merupakan faktor utama yang menentukan berhasil tidaknya suatu sistem, baik
dalam proses pengembangannya, penerapannya, maupun dalam proses operasinya.
Oleh karena itu orang yang terlibat dalam pengembangan maupun penggunaan sistem
ini harus merupakan orang yang terdidik tentang permasalahan-permasalahan yang ada
dan terhadap solusi-solusi yang mungkin dilakukan.
4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam proses pengembangan
sistem.
Proses pengembangan sistem umumnya melibatkan beberapa tahapan kerja dan
melibatkan beberapa personil dalam bentuk suatu team untuk mengerjakannya.
Pengalaman menunjukan bahwa tanpa adanya perencanaan dan koordinasi yang baik,
maka proses pengembangan sistem tidak akan berhasil dengan memuaskan. Untuk
maksud ini sebelum proses pengembangan sistem dilakukan, maka harus dibuat terlebih
dahulu skedul kerja yang menunjukkan tahapan-tahapan kerja dan tugas-tugas
pekerjaan yang akan dilakukan, sehingga proses pengembangan sistem dapat dilakukan
dan selesai dengan berhasil sesuai dengan waktu dan anggaran yang direncanakan.
5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut.
Prinsip ini kelihatannya bertentangan dengan prinsip nomor 4, tetapi tidaklah
sedemikian. Tahapan kerja dari pengembangan sistem di prinsip nomor 4 menunjukkan
langkah-langkah yang harus dilakukan secara bersama-sama. Ingatlah waktu adalah
uang. Misalnya di dalam pengembangan sistem, perancangan output merupakan
tahapan yang harus dilakukan sebelum melakukan perancangan file. Ini tidak berarti
bahwa semua output harus dirancang semuanya terlebih dahulu baru dapat melakukan
perancangan file, tetapi dapat dilakukan secara serentak, yaitu sewaktu proses
pengadaan hardware.
6. Jangan takut membatalkan proyek.
Umumnya hal ini merupakan pantangan untuk membatalkan suatu proyek yang sedang
berjalan. Keputusan untuk meneruskan suatu proyek atau membatalkannya memang
harus dievaluasi dengan cermat. Untuk kasus-kasus yang tertentu, dimana suatu proyek
terpaksa harus dihentikan atau dibatalkan karena sudah tidak layak lagi, maka harus
dilakukan dengan tegas. Keraguan untuk terus melanjutkan proyek yang tidak layak lagi
karena sudah terserapnya dana kedalam proyek ini hanya akan memubang dana yang
sia-sia
KONVERSI SISTEM LAMA KE SISTEM BARU
Fenomena penyebab kegagalan pengalihan konversi dari suatu sistem lama ke sistem yang
baru dapat berasal dari 3 pihak terkait yang berperan didalam pengembangan sistem
informasi, yaitu: manajemen yang mewakili pihak perusahaan atau end-user, vendorsebagai
pihak ketiga yang membantu dalam perancangan, pengembangan serta implementasi
sistem baru tersebut dan user sebagai pengguna umum sistem tersebut.
1.Manajemen (end-user)
Dari pihak manajemen sebagai end-user fenomena kegagalan konversi sistem informasi
dapat disebabkan karena:
1. Kurangnya keterlibatan end-user dalam proses pengembangan sehingga, menyebabkan
pernyataan kebutuhan dan spesifikasi sistem yang kabur, akibatnya ruang lingkup sistem
baru yang ingin diterapkan menjadi tidak jelas dan pada akhirnya meningkatkan resiko
kegagalan dalam proses konversi.
2. Hal yang sama juga dapat disebabkan karena pernyataan kebutuhan dan spesifikasi
sistem yang senantiasa berubah-ubah, sehingga mempersulit pihak developer didalam
menangkap keinginan konsumen.
3. Kurangnya dukungan dari manajemen eksekutif di perusahaan tersebut. Sehingga,
sebagian besar jajaran direksi perusahaan tidak mau tahu mengenai penerapan sistem
informasi baru di perusahaannya dan menyerahkan sepenuhnya pada ahli TI. Padahal,
implementasi sistem informasi di perusahaan tidak hanya berhubungan dengan
teknologi saja, namun juga berkaitan erat dengan bisnis perusahaan, akibatnya sistem
baru yang digulirkan berjalan dengan tersendat-sendat.
4. Buruknya perencanaan yang disusun oleh pihak manajemen sehingga ketika konversi
dilakukan muncul berbagai hambatan.
5. Ketidakinginan manajemen dalam merubah paradigma berpikir maupun bekerja,
sehingga timbulnya kecenderungan untuk mempertahankan status quo atau comfort
zone mereka, akibatnya berbagai prasyarat utama untuk menjalankan atau
mengimplementasikan sistem baru tersebut tidak tercapai.
6. Harapan yang tidak realistis dari manajemen perusahaan, sehingga timbulnya ekspektasi
yang terlampau berlebihan dari pihak manajemen terhadap sistem baru yang ingin
diterapkan tanpa perduli dengan isu-isu terkait dengan pendekatan atau strategi
menerapkan sistem tersebut secara efektif.
7. Kurangnya sosialisasi terhadap konversi ke sistem baru kepada segenap karyawan
perusahaan, sehingga banyak pihak yang menolak dibandingkan dengan yang
mendukung terjadinya perubahan sistem.
A. Users
B. Sumberdaya Manusia (SDM) di perusahaan tersebut tidak siap dalam menerima
sistem baru karena harus dapat mengubah pola kebiasaan dan kebudayaan yang
sebelumnya diterapkan di perusahaan. Sehingga, seringkali SDM sulit untuk
menyesuaikan diri.
C. Ketidakinginan para user untuk merubah cara kerja dalam beraktivitas sehari-hari
sehingga selalu menentang segala bentuk aplikasi sistem baru tersebut, yang pada
dasarnya membutuhkan keinginan dan kemampuan untuk bekerja dengan cara yang
lebih efektif dan efisien.
D. Harapan yang berlebihan dan cenderung keliru terhadap sistem yang baru yang
biasanya para user menganggap bahwa teknologi informasi dan software dapat
menyelesaikan segala masalah dan kesulitan yang ada.
E. Kurangnya pelatihan bagi para user agar yang bersangkutan memiliki kompetensi
dan keahlian yang memadai untuk menjalankan sistem baru tersebut.
F. Perusahaan memiliki SDM dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
berbeda-beda dan sebagian besar kemampuannya berasal dari manajemen
fungsional perusahaan.
2. Vendors
1. Inkompetensi teknologi atau kurangnya pengalaman dari vendor maupun sumber daya
manusia dari penyedia jasa outsourcing sistem informasi.
2. Kurangnya kemampuan memberikan pemahaman dan penjelasan yang memadai
mengenai paradigma yang dipergunakan dalam sistem baru kepada mereka yang
berkepentingan (user dan end-user), sehingga seringkali terjadi kekeliruan dalam cara
memandang pergantian sistem.
3. Pemilihan aplikasi yang keliru atau tidak sesuai dengan situasi dan kondisi perusahaan
yang membutuhkannya.
4. Terjadinya kesalahan dalam usaha membantu manajemen dalam mendefinisikan
kebutuhannya, sehingga ketika sistem baru yang akan diterapkan, tidak memberikan
hasil sebagaimana yang diharapkan oleh para pihak terkait (user dan end-user).
5. Kurangnya pelatihan yang memadai dan efektif kepada segenap pihak terkait, sehingga
mereka tidak dapat menggunakan dan memanfaatkannya secara baik.
Selain faktor diatas, tinggi rendahnya risiko keberhasilan proses pengalihan sistem informasi
dari sistem lama ke sistem yang baru juga dipengaruhi oleh beberapa aspek lain seperti:
1. Aspek Manusia
Semakin banyak unsur manusia yang terlibat dalam aktivitas pemasukan, pengorganisasian,
pemeliharaan, dan pengawasan data, akan meningkatkan potensi terjadinya kesalahan yang
berpengaruh pada kualitas data yang disimpan, yang berarti akan memperbesar risiko
kesalahan yang terjadi dalam proses pengalihan tersebut;
2. Aspek Kebijakan
Semakin tidak adanya kebijakan standar di perusahaan yang selama ini dipergunakan
sebagai acuan dalam proses pengelolaan data, semakin sulit menentukan strategi migrasi
yang tepat, yang berarti mempertinggi resiko implementasi skenario pengalihan; dan lain
sebagainya.
3. Aspek Data
Semakin kompleks struktur, model, dan arsitektur data yang ingin dipindahkan, semakin
sulit mekanisme pemetaan dan pemindahannya, yang berarti semakin tinggi resiko yang
dihadapi;
4. Aspek Aplikasi
Semakin berbeda platform, sistem, atau standar sistem aplikasi baru dibandingkan dengan
sistem aplikasi yang lama, semakin sulit proses migrasi dilakukan, yang berarti akan
memperbesar resiko yang dihadapi;
5. Aspek Teknologi
Semakin tersebar bentuk atau topologi perangkat keras dan jaringan yang merupakan lokasi
penyimpanan data, semakin sulit aktivitas pemetaan data yang harus dilakukan, yang berarti
akan mempertinggi risiko yang dihadapi;
Untuk mengurangi resiko kegagalan yang terjadi saat pergantian sistem, terdapat 4 metode
konversi yang dapat dilakukan guna mempermudah pengenalan sistem baru ke dalam
organisasi dan meningkatkan keberhasilan proses konversi.
Empat bentuk utama dari konversi sistem mencakup konversi langsung, konversi paralel,
konversi bertahap (phased) dan konversi percontohan (pilot).
1. Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge Strategy)
Konversi ini dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan menggantikannya
dengan sistem baru. Cara ini merupakan yang paling berisiko, tetapi murah. Konversi
langsung adalah pengimplementasian sistem baru dan pemutusan jembatan sistem
lama,sehingga apabila konversi telah dilakukan, maka tak ada cara untuk balik ke sistem
lama.
Pendekatan sesuai untuk kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Sistem tersebut tidak mengganti sistem lain.
2. Sistem yang lama sepenuhnya tidak bernilai.
3. Sistem yang barn bersifat kecil atau sederhana atau keduanya.
4. Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama, dan perbandingan antara
sistem – sistem tersebut tidak berarti.
Keunggulan :
Relatif tidak mahal.
Kelemahan :
Mempunyai risiko kegagalan yang tinggi. Berikut merupakan ilustrasi konversi langsung.
2. Konversi Paralel (Parallel Conversion)
Pada konversi ini, sistem baru dan sistem lama sama-sama dijalankan. Setelah melalui masa
tertentu, jika sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan sistem lama, maka sistem
lama segera dihentikan.
Cara seperti ini merupakan pendekatan yang paling aman, tetapi merupakan cara yang
paling mahal, karena pemakai harus menjalankan dua system sekaligus. Konversi Paralel
adalah suatu pendekatan dimana baik sistem lama dan baru beroperasi secara serentak
untuk beberapa période waktu. Dalam mode konversi paralel, output dari masing-masing
system tersebut dibandingkan, dan perbedaannya direkonsiliasi.
Kelebihan :
Memberikan derajat proteksi yang tinggi kepada organisasi dari kegagalan sistem baru.
Kelemahan :
Besarnya biaya untuk duplikasian fasilitas dan biaya personel yang memelihara sistem
rangkap tersebut, karena ketika proses konversi suatu sistem baru melibatkan operasi
paralel, maka orang-orang pengembangan sistem harus merencanakan untuk melakukan
peninjauan berkala dengan personel operasi dan pemakai.
3. Konversi Bertahap (Phased Conversion)
Konversi bertahap dilakukan dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama dengan
sistem baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti kembali dengan
yang lama. Jika tak terjadi masalah, modul-modul baru akan dipasangkan lagi untuk
mengganti modul-modul lama yang lain. Dengan pendekatan seperti ini, akhirnya semua
sistem lama akan tergantikan oleh sistem baru.
Cara seperti ini lebih aman daripada konversi langsung. Dengan metode phased conversion,
sistem baru diimplementasikan beberapa kali, dan secara perlahan menggantikan sistem
lama. Konversi bertahap dapat menghindarkan risiko yang ditimbulkan oleh konversi
langsung dan memberikan waktu yang banyak kepada pemakai untuk beradaptasi terhadap
perubahan. Untuk menggunakan metode phased conversion, sistem harus disegmentasi.
Kelebihan :
Kecepatan perubahan dalam organisasi tertentu bisa diminimasi, dan sumber-sumber
pemrosesan data dapat diperoleh sedikit demi sedikit selama période waktu yang luas.
Kelemahan :
Keperluan biaya yang harus diadakan untuk mengembangkan interface temporer dengan
sistem lama, daya terapnya terbatas, dan terjadi kemunduran semangat di organisasi, sebab
orang-orang tidak pernah merasa menyelesaikan sistem.
4. Pilot conversion
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada lokasi tertentu
yang diperlakukan sebagai pelopor. Jika konversi ini dianggap berhasil, maka akan diperluas
ke tempat-tempat yang lain. Ini merupakan pendekatan dengan biaya dan risiko yang
rendah. Dengan metode Konversi Pilot, hanya sebagian dari organisasilah yang mencoba
mengembangkan sistem baru. Kalau metode phase-in mensegmentasi sistem, sedangkan
metode pilot mensegmentasi organisasi.
Perlunya segmentasi organisasi.
Resiko lebih rendah dibandingkan metode konversi langsung.
Biaya lebih rendah dibandingkan metode parallel.
Cocok digunakan apabila adanya perubahan prosedur, H/Wdan S/W.
Metode Untuk Mengkonversi File Data Yang Ada
Keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem
menyiapkan penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru.
Dengan mengkorversi suatu file, maksudnya adalah bahwa file yang telah
ada {existing)harus dimodifikasi setidaknya dalam :
1. Format file tersebut
2. Isi file tersebut
3. Media penyimpanan dimana file ditempatkan
Dalam suatu konversi sistem, kemungkinan beberapa file bisa mengalami ketiga aspek
konversi tersebut secara serentak. Terdapat dua metode dasar yang bisa digunakan untuk
menjalankan konversi file :
1. Konversi File Gradual
Konversi file gradual (sedikit demi sedikit), umumnya digunakan dengan metode paralel
dan phase-in. Dalam beberapa contoh, ia akan bekerja untuk metode pilot. Umumnya
konversi file gradual tidak bisa diterapkan untuk konversi sistem langsung.
Beberapa perusahaan mengkonversi file-file data mereka secara gradual (sedikit demi
sedikit). Record-record akan dikonversi hanya ketika mereka menunjukkan beberapa
aktivitas transaksi. Record-record lama yang tidak menunjukkan aktivitas tidak pernah
dikonversi. Metode ini bekerja dengan cara berikut :
1. Suatu transaksi diterima dan dimasukkan ke dalam sistem.
2. Program mencari file master baru (misalnya file inventarisasi atau file account
receivable) untuk record yang tepat yang akan di update oleh transaksi itu. Jika
record tersebut telah siap dikonversi, berarti peng-update-an record telah selesai.
3. Jika record tersebut tidak ditemukan dalam file master baru, file master lama diakses
untuk record yang tepat, dan ditambahkan ke file master baru dan di update.
4. Jika transaksi tersebut adalah record baru, yakni record yang tidak dijumpai pada file
lama maupun file baru (misalnya, pelanggan baru), maka record baru disiapkan dan
ditambahkan ke file master baru.
2. Konversi File Total
Konversi file total dapat digunakan bersama dengan semua metode konversi file sistem
di atas. Jika file sistem baru dan file sistem lama berada pada media yang bisa dibaca
komputer, maka bisa dituliskan program sederhana untuk mengkonversi file dari format
lama ke format baru. Umumnya pengkonversian dari satu sistem komputer ke sistem
yang lain akan melibatkan tugas-tugas yang tidak bisa dikerjakan secara otomatis.
Rancangan file baru hampir selalu mempunyai field-field record tambahan, struktur
pengkodean baru, dan cara baru perelasian item- item data (misalnya, file-file
relasional). Seringkali, selama konversi file, kita perlu mengkonstruksi prosedur kendali
yang rinci untuk memastikan integritas data yang bisa digunakan setelah konversi itu.
Dengan menggunakan klasifikasi file berikut, perlu diperhatikan jenis prosedur kendali
yang digunakan selama konversi
Klasifikasi File Data
Keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem
menyiapkan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru, file sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi
1. File Tabel
File ini dapat juga diciptakan dan dikonversi seiama konversi sistem. File tabel bisa juga
diciptakan untuk mendukung pengujian perangkat lunak.
2. File Backup
Kegunaan file backup adalah untuk memberikan keamanan bagi database apabila terjadi
kesalahan pemrosesan atau kerusakan dalam pusat data. Oleh karenanya, ketika suatu
file dikonversi atau diciptakan, file backup harus diciptakan.
3. File Master
Merupakan file utama dalam database. Biasanya paling sedikit satu file master
diciptakan atau dikonversi dalam setiap konversi sistem.
4. File Transaksi
File ini selalu diciptakan dengan memproses suatu sub- system individual di dalam
sistem informasi. Akibatnya, ia harus dicek secara seksama selama pengujian sistem
informasi.
5. File Indeks
File ini berisi kunci atau aiamat yang menghubungkan berbagai file master. File indeks
baru hams diciptakan kapan saja file master yang berhubungan dengannya mengalami
konversi.
Tahap akhir dalam siklus pengembangan system yaitu melibatkan pengintegrasian semua
komponen rancangan sistem => termasuk Perangkat Lunak, pengkonversian sistem total ke
operasi.
Rencana Implementasi
Adalah formulasi rinci dan representasi grafik mengenai cara pencapaian implementasi
sistem yang akan dilaksanakan (Tergantung pada Kompleksitas proyek).
Team Implementasi, terdiri dari:
1. Profesional sistem yang merancang sistem
2. Para manajer dan beberapa staff
3. Perwakilan Vendor
4. Pemakai Primer
5. Pengcode
6. Teknisi
Bagian Pokok Implementasi Diperlukan :
1. Persiapan tempat
2. Pelatihan personil
3. Persiapan/pembuatan dokumentasi
4. Konversi file dan sistem
5. Peninjauan Pasca Implementasi
Persiapan tempat Yang perlu dipersiapkan :
1. Ruang (sesuai dengan platform teknologi yang akan digunakan – Micro, mini atau
mainframe)
2. Listrik, Telpon, koneksi lainnya, ventilasi, AC, Keset anti debu, karpet, rak, penyangga
barang, meja, penyimpan disk/pita, lemari kabinet, tempat personil, lokasi printer,
dudukan printer dan furniture yang dirancang secara ergonomis
3. Pengujian Burn in (simulasi operasi pada vendor)
Pelatihan Personil
1. Tidak ada sistem yang bekerja secara memuaskan jika para pemakai dan orang lain yang
berinteraksi dengan sistem tersebut tidak dilatih secara benar.
2. Pelatihan Personil tidak hanya meningkatkan keahlian/ketrampilan pemakai, namun
juga memudahkan penerimaan mereka terhadap sistem baru
Cakupan pelatihan :
Tutorial, mengajarkan cara menjalankan sampai pelatihan untuk mengajarkan pokok-pokok
sistem baru.
Program Pelatihan :
1. Pelatihan In house
2. Pelatihan yang disediakan oleh vendor
3. Jasa pelatihan luar
Teknik dan Alat bantu pelatihan :
1. Teleconferencing
2. Perangkat lunak pelatihan interaktif
3. Pelatihan dengan instruktur
4. Pelatihan magang
5. Manual prosedur
6. Buku teks
Perangkat lunak pelatihan interaktif :
1. CBT (Computer-Based Training)
2. ABT (Audio-Based Training)
3. VBT (Video-Based Training)
4. VOD (Video-Optical Disk)
Menyiapkan Dokumen
Dokumentasi adalah materi tertulis/video/audio yang menjabarkan cara beroperasinya
sebuah sistem (termasuk pokok bahasan-pokok bahasan yang harus dikuasai oleh pemakai)
Tujuan Dokumentasi :
1. Pelatihan
2. Penginstruksian
3. Pengkomunikasian
4. Penetapan standart kinerja
5. Pemeliharaan sistem
6. Referensi historis
Menyiapkan Dokumen
Empat Area Utama Dokumentasi :
1. Dokumentasi Pemakai
2. Dokumentasi Sistem
3. Dokumentasi Perangkat Lunak
4. Dokumentasi Operasi
Mengkonversi Sistem Baru
Proses pengubahan dari sistem lama ke sistem baru. Kompleksitas dalam pengconversian
tergantung pada beberapa faktor antara lain : Jenis PL, Database, Perangkat H/W, Kendali,
Jaringan, prosedur.
Pengalihan Sistem Informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat
fatal, terjadi karena :
1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan system yang baru.
2. System baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam
pelaksanaanya, sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan system
baru justru mempersulit kinerja yang sudah ada.
3. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.
4. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik.
5. Tidak ada komunikasi yang baik diantara vendor sebagai penyedia IT dengan perusahaan
sebagai pengguna, sehingga system baru yang terbentuk menjadi tidak sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
6. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus dilakukan agar
perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak
membutuhkan teknologi tersebut.
Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru
maka akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan
menjalani adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses kerja),
kultural (perilaku, mind set, komitmen) dan politikal (munculnya isu efisiensi karyawan/PHK,
sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal ini maka terjadi saling
tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak menyalahkan bawahan yang
bertanggung jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang peranti TI itu sendiri.
Langkah-langkah yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat dihindari:
1. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung
pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara
subsistem-subsistem ini. Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini
mengetahui masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus
segera di selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat
perusahaan, selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.
2. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang
belum maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti
yang sudah dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan
perusahaan mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang
ingin dicapai perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.
3. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak
pegawai maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek
pengembangan dan sistem operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis
informasi, dapat mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan
mengambil empat langkah berikut :
4. Menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job
enhancement) dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan
membosankan, serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan
mereka.
5. Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud
perusahaan. Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis dan
penerapan dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.
6. Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan
manajemen. Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-dampak
dari sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal dan
penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.
7. Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi
kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada mereka
bahwa bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi
kebutuhan mereka.
URGENSI ASPEK MAINTAINAIBILITY DALAM PENGEMBANGAN SOFTWARE UNTUK
MENUNJUANG SISTEM INFORMASI
Aspek maintainability/pemeliharaan meliputi kegiatan pemoitoran, evaluasi, dan modifikasi
sistem untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Tahap ini merupakan peninjauan pasca
implementasi agar sistem yang dikembangkan sesuai dengan spesifikasi sistem yang ingin
dibangun. Kesalahan dalam pengembangan atau penggunaan sistem dapt dikoreksi dalam
tahap ini. Pemeliharaan ini juga meliputi perbaikan jika ada perubahan lingkungan
eksternal.
Software quality adalah pemenuhan terhadap kebutuhan fungsional dan kinerja yang
didokumentasikan secara eksplisit, pengembangan standar yang didokumentasikan secara
eksplisit, dan sifat-sifat implisit yang diharapkan dari sebuah software yang dibangun secara
profesional (Dunn, 1990). Menurut McCall, 1997 kriteria yang mempengaruhi kualitas
software terbagi menjadi tiga aspek penting yaitu :
1. Sifat-sifat operasional dari software (Product Operations);
2. Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision)
3. Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan baru (Product Transition).
Unsur maintainability dalam pengembangan software termasuk dalam Product Operations,
maintability adalah kemampuan software dalam menjalani perubahan. Setelah sebuah
software berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal yang
perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Sebuah software yang
dirancang dan dikembangkan dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika
diperlukan. Seberapa jauh software tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor lain yang
harus diperhatikan.
Salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan software untuk menjalani perubahan
adalah Maintainability.Maintainability adalah usaha yang diperlukan untuk menemukan
dan memperbaiki kesalahan (error) dalam software. Maintanability juga disebut sebagai
pemeliharaan sistem (system maintenance).
System maintenance atau pemeliharaan sistem dapat didefinisikan sebagai
prosesmonitoring, evaluasi dan modifikasi dari sistem yang tengah beroperasi agar
dihasilkan performa yang dikehendaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar