STRATEGI
UNTUKMENDAPAT KEUNGGULAN KOMPETITIF
Dalam
masa sekarang yang serba modern peran aplikasi sistem informasi dalam bisnis
adalah
untuk memberikan dukungan efektif atas strategi perusahaan agar dapat
memperoleh
keunggulan kompetitif. Sistem informasi strategis dapat dapat membanu
perusahaan
untuk menghadapi tekanan kompetitif yang membentuk struktur persaingan
dalam
perusahaan, dan dikatakan oleh Michael Porter, dalam buku Sistem Informasi
Manajemen
bahwa
keunggulan kompetitif suatu perusahaan dapat diwujudkan jika senantiasa
berupaya
mengatasi
pesaing yang sudah ada, pesaing baru, ancaman barang atau produk pengganti,
dan
kekuatan tawar pelanggan atau pemasok.
Untuk
mengatasi beberapa masalah dalam hal mendapatkan keunggulan kompetitif bisa
dicapai
dengan mengimplementasikan beberapa strategi:
1.
Strategi Kepemimpinan dalam biaya.
2.
Strategi diferensiasi.
3.
Strategi Inovasi.
4.
Strategi Pertumbuhan.
5.
Strategi Persekutuan.
kelima
strategi diatas adalah strategi yang sudah sering dipakai oleh
perusahaanperusahaan
dalam
dunia bisnis, maka dari hal itu perlu adanya pembahasan mengenai
strategi
lain yang mungkin bisa dipakai oleh suatu perusahaan dalam mengatasi
masalahmasalah
yang
muncul dari tekanan kompetitif. Strategi lain yang mungkin dapat digunakan
dalam
menghadapi tekanan kompetitif:
1.
Strategi TI
Dalam
jaman sekarang yang serba canggih dibutuhkan strategi dengan penggunaan
media
TI (teknologi informasi) hal ini bisa diterapkan dengan media internet atau dapat
disebut
juga dengan e-commerce. melalui jaringan ini seorang pengusaha atau
perusahaan
dapat menekan biaya dalam hal proses bisnis, misalnya dalam hal
perikalanan.
Adapun hal lain yang dapat diperoleh dengan TI adalah dapat mengurangi
keunggulan
diferensiasi para pesaing, kemudian kita juga dapat mengembangkan pangsa
pasar
kita yang sebelumnya mungkin masih dalam skala local menjadi nasional bahkan
sampai
internasional, melalui TI juga kita bisa membangun kerjasama virtual dengan
pelanggan,
pemasok, dan pihak lain dengan akses yang lebih mudah dan cepat.
2.
Strategi Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan)
untuk
memudahkan pemahaman mengenai menajemen pengetahuan, pertama kita
harus
tahu terlebih dahulu mengenai definisinya. Fernandez dan Shabwerwal (2001)
mengartikan
pengetahuan sebagai suatu hasil refleksi dan pengalaman seseorang,
sehingga
pengetahuan selalu dipunyai oleh individu atau kelompok.
Studi-Studi
KM mengungkapakan pentingnya organisasi mengembangkan pengetahuan
sebagai
asset agar mempu menghadapi persaingan. studi Caniero (2000) memberikan
pemahaman
bahwa KM dibentuk dari berbagai karakteristik personal dan pengembangan
personal.
KM membentuk keputusan-keputusan stratejik, dan dari keputusan-keputusan
Stratejik
terbentuklah market Knowledge dan Icompetitors knowledge. Market Knowledge
adalah
usaha-usaha inovatif dan menghasilkan inovasi sedangkan competitors knowledge
membentuk
usaha-usaha kompetitif yang menghasilkan daya saing. (B. Elnath Aldi,2005)
mengacu
dari hasil penelitian yang dilakukan diatas menunjukkan bahwa KM memegang
peranan
dalam kehidupan organisasi. pengetahuan dapat dikatakan merupakan sumber
internal
dalam organisasi yang tidak mungkin diadaptasi oleh pesaing atau competitors.
hal
ini
dikarenakan pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu berbeda satu sama
lain.
sehingga
para pesaing tidak mungkin meniru pengetahuan yang dipunyai oleh perusahaan.
sebagai
semberdaya yang berharga bagi organisasi, sebaiknya organisasi mengelola
manajemen
pengetahuan dengan baik. ada empat langkah yang perlu dilakukan agar KM
menjadi
sumber daya yang stratejik.
a.
pengetahuan dapat “disimpan”
data,
informasi, maupun pengetahuan dapat disimpan dalam bentuk dokumentasi agar
mudah
ditelusuri dan dapat dengan mudah memanfaatkannya di setiap kesempatan.
b.
Pengetahuan mudah diakses
setiap
anggota organisasi difasilitasi agar mampu mengakses pusat pengetahuan
organisasi
sehingga dapat meningkatkan KM masing-masing anggota.
c.
Peningkatan Pengetahuan didukung oleh organisasi
organisasi
menciptakan lingkungan yang mempercepat peningkatan pengetahuan,
contoh
kongkritnya adalah perusahaan memberikan penghargaan bagi anggota yang
menyumbangkan
pengetahuan demi kemajuan organisasi.
d.
Mengelola pengetahuan sebagai Aset.
Organisasi
yang mempunyai pengetahuan superior mampu mengkoordinasi dan
mengkombinasikan
sumberdaya-sumberdaya tradisional dan kapabilitas dalam bentuk dan
cara
baru sehingga dapat memberikan nilai lebih bagi pelanggan. dengan memiliki
sumber
daya
pengetahuan yang superior organisasi dapat mengetahui bagaimana mengembangkan
dan
mengeksploitasi sumber daya lebih baik dari pesaing meskipun sumber daya
tersebut
unik
dan mudah ditiru.
Knowledge
management bisa dikatakan merupakan aset utama dari sebuah organisasi, dan
menjadi
dasar dari segala strategi keunggulan kompetitif yang lain karena tanpa adanya
manajemen
pengetahuan yang baik dari organisasi itu maka organisasi itu akan sulit
bersaing,
akan terus tertinggal dan kalaupun ingin memakai strategi TI, inovasi,
diferensiasi,
dan lain
sebagainya harus didukung daris sejauh mana pengetahuannya mengenai hal
tersebut.
E-Commerce:
DigitalMarkets, Digital Goods
Perdagangan
sebenarnya merupakan kegiatan yang dilakukan manusia sejak awal
peradabannya.
Sejalan dengan perkembangan manusia, cara dan sarana yang digunakan
untuk
berdagang senantiasa berubah. Bentuk perdagangan terbaru yang kian memudahkan
penggunanya
kini ialah e-commerce. Makhluk apa sesungguhnya e-commerce itu,
bagaimana
ia dapat mempermudah penggunanya, serta peran pentingnya akan dibahas
dalam
tulisan ini.
Pengertian
E-Commerce
Electronic
Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business
(bisnis
yang
dilakukan dengan menggunakan electronic transmission), oleh para ahli dan
pelaku
bisnis
dicoba dirumuskan definisinya. Secara umum e-commerce dapat didefinisikan
sebagai
segala
bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and
service)
dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan
di
atas,
bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis.
Kesimpulannya,
"e-commerce is a part of e-business".
Penggunaan
internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahankemudahan
yang
dimiliki oleh jaringan internet, yaitu:
1.
Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread network),
layaknya
yang
dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan kemudahan
akses.
2.
Menggunakan electronic data sebagai media penyampaian pesan/data sehingga dapat
dilakukan
pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik dalam
bentuk
data elektronik analog maupun digital.
Dari
apa yang telah diuraikan di atas, dengan kata lain; di dalam e-commerce, para
pihak
yang
melakukan kegiatan perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu
jaringan
publik (public network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan media
internet.
E-commerce
adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (consumers),
manufaktur
(manufactures), service providers dan pedagang perantara (intermediaries)
dengan
menggunakan jaringan-jaringan komputer (komputer networks) yaitu internet.
Julian
Ding dalam bukunya E-commerce: Law & Practice, mengemukakan bahwa ecommerce
sebagai
suatu konsep yang tidak dapat didefinisikan. E-commerce memiliki arti
yang
berbeda bagi orang yang berbeda.
E-commerce
digunakan sebagai transaksi bisnis antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan
yang lain, antara perusahaan dengan pelanggan (customer), atau antara
perusahaan
dengan institusi yang bergerak dalam pelayanan public. Jika diklasifikasikan,
sistem
e-commerce terbagi menjadi tiga tipe aplikasi, yaitu:
Electronic
Markets (EMs).
EMs
adalah sebuah sarana yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk
melakukan/menyajikan
penawaran dalam sebuah segmen pasar, sehingga pembeli dapat
membandingkan
berbagai macam harga yang ditawarkan. Dalam pengertian lain, EMs
adalah
sebuah sistem informasi antar organisasi yang menyediakan fasilitas-fasilitas
bagi
para
penjual dan pembeli untuk bertukar informasi tentang harga dan produk yang
ditawarkan.
Keuntungan fasilitas EMs bagi pelanggan adalah terlihat lebih nyata dan efisien
dalam
hal waktu. Sedangkan bagi penjual, ia dapat mendistribusikan informasi mengenai
produk
dan service yang ditawarkan dengan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan
lebih
banyak.
Electronic
Data Interchange (EDI).
Kalau
di dalam perusahaan menggunakan EDI untuk mengotomatiskan transaksi untuk B2B
e-commerce
dan pengisian kembali inventori berlanjut. Para penyalur dapat secara
otomatis
mengirimkan data tentang pengiriman [bagi/kepada] membeli perusahaan.
Pembelian
Perusahaan dapat menggunakan EDI untuk menyediakan produksi dan
kebutuhan
inventori dan data pembayaran ke para penyalur. Seperti pada gambar EDI yang
berikut
ini :
EDI
adalah sarana untuk mengefisienkan pertukaran data transaksi-transaksi reguler
yang
berulang
dalam jumlah besar antara organisasi-organisasi komersial.
Secara
formal EDI didefinisikan oleh International Data Exchange Association (IDEA)
sebagai
“transfer
data terstruktur dengan format standard yang telah disetujui yang dilakukan
dari
satu
sistem komputer ke sistem komputer yang lain dengan menggunakan media
elektronik”.
EDI
sangat luas penggunaannya, biasanya digunakan oleh kelompok retail yang besar
ketika
melakukan
bisnis dagang dengan para supplier mereka.
EDI
memiliki standarisasi pengkodean transaksi perdagangan, sehingga organisasi
komersial
tersebut
dapat berkomunikasi secara langsung dari satu sistem komputer yang satu ke
sistem
komputer yang lain tanpa memerlukan hardcopy, faktur, serta terhindar dari
penundaan,
kesalahan yang tidak disengaja dalam penanganan berkas dan intervensi dari
manusia.
Keuntungan
dalam menggunakan EDI adalah waktu pemesanan yang singkat, mengurangi
biaya,
mengurangi kesalahan, memperoleh respon yang cepat, pengiriman faktur yang
cepat
dan akurat serta pembayaran dapat dilakukan secara elektronik.
Karakteristik
E-Commerce.
Berbeda
dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce memiliki beberapa
karakteristik
yang sangat khusus, yaitu :
a.
Transaksi tanpa batas
Sebelum
era internet, batas-batas geografi menjadi penghalang suatu perusahaan atau
individu
yang ingin go-international. Sehingga, hanya perusahaan atau individu dengan
modal
besar yang dapat memasarkan produknya ke luar negeri.Dewasa ini dengan
internet
pengusaha kecil dan menengah dapat memasarkan produknya secara
internasional
cukup dengan membuat situs web atau dengan memasang iklan di situssitus
internet
tanpa batas waktu (24 jam), dan tentu saja pelanggan dari seluruh dunia
dapat
mengakses situs tersebut dan melakukan transaksi secara on line.
b.
Transaksi anonim
Para
penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak harus bertemu muka
satu
sama lainnya. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai
pembayarannya
telah diotorisasi oleh penyedia sistem pembayaran yang ditentukan,
yang
biasanya dengan kartu kredit.
c.
Produk digital dan non digital
Produk-produk
digital seperti software komputer, musik dan produk lain yang bersifat
digital
dapat dipasarkan melalui internet dengan cara mendownload secara elektronik.
Dalam
perkembangannya obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi
barangbarang
kebutuhan
hidup lainnya.
d.
Produk barang tak berwujud
Banyak
perusahaan yang bergerak di bidang e-commercen dengan menawarkan barang
tak
berwujud separti data, software dan ide-ide yang dijual melalui internet.
Implementasi
e-commerce pada dunia industri yang penerapannya semakin lama semakin
luas
tidak hanya mengubah suasana kompetisi menjadi semakin dinamis dan global,
namun
telah
membentuk suatu masyarakat tersendiri yang dinamakan Komunitas Bisnis
Elektronik
(Electronic
Business Community). Komunitas ini memanfaatkan cyberspace sebagai tempat
bertemu,
berkomunikasi, dan berkoordinasi ini secara intens memanfaatkan media dan
infrastruktur
telekomunikasi dan teknologi informasi dalam menjalankan kegiatannya
sehari-hari.
Seperti halnya pada masyarakat tradisional, pertemuan antara berbagai pihak
dengan
beragam kepentingan secara natural telah membentuk sebuah pasar tersendiri
tempat
bertemunya permintaan (demand) dan penawaran (supply). Transaksi yang terjadi
antara
demand dan supply dapat dengan mudah dilakukan walaupun yang bersangkutan
berada
dalam sisi geografis yang berbeda karena kemajuan dan perkembangan teknologi
informasi,
yang dalam hal ini adalah teknologi e-commerce.
Secara
umum e-commerce dapat diklasifasikan menjadi dua jenis yaitu; Business to
Business
(B2B) dan Business to Consumer (B2C).
Business
to Business (B2B) adalah sistem komunikasi bisnis on-line antar pelaku bisnis,
sedangkan
Business to Consumer (B2C) merupakan mekanisme toko on-line (electronic
shopping
mall), yaitu transaksi antara e-merchant dengan e-customer
Dalam
Business to Business pada umumnya transaksi dilakukan oleh para trading
partners
yang
sudah saling kenal dengan format data yang telah disepakati bersama. Sedangkan
dalam
Business to Customer sifatnya terbuka untuk publik, sehingga setiap individu
dapat
mengaksesnya
melalui suatu web server. Dalam kajian ini, untuk selanjutnya yang akan
dibahas
adalah Business to customer.
Mekanisme
E-Commerce.
Transaksi
elektronik antara e-merchant (pihak yang menawarkan barang atau jasa melalui
internet)
dengan e-customer (pihak yang membeli barang atau jasa melalui internet) yang
terjadi
di dunia maya atau di internet pada umumnya berlangsung secara paperless
transaction,
sedangkan dokumen yang digunakan dalam transaksi tersebut bukanlah paper
document,
melainkan dokumen
elektronik
(digital document).
Kontrak
on line dalam e-commerce menurut Santiago Cavanillas dan A. Martines Nadal,
seperti
yang dikutip oleh Arsyad Sanusi memiliki banyak tipe dan variasi yaitu :
a.Kontrak
melalui chatting dan video conference;
b.Kontrak
melalui e-mail;
c.Kontrak
melalui web atau situs.
Chatting
dan Video Conference adalah alat komunikasi yang disediakan oleh internet yang
biasa
digunakan untuk dialog interaktif secara langsung. Dengan chatting seseorang
dapat
berkomunikasi
secara langsung dengan orang lain persis seperti telepon, hanya saja
komunikasi
lewat chatting ini adalah tulisan atau pernyataan yang terbaca pada komputer
masing-masing.
Sesuai
dengan namanya, video conference adalah alat untuk berbicara dengan beberapa
pihak
dengan melihat gambar dan mendengar suara secara langsung pihak yang dihubungi
dengan
alat ini. Dengan demikian melakukan kontrak dengan menggunakan jasa chatting
dan
video conference ini dapat dilakukan secara langsung antara beberapa pihak
dengan
menggunakan
sarana komputer atau monitor televisi.
Kontrak
melalui e-mail adalah salah satu kontrak on-line yang sangat populer karena
pengguna
e-mail saat ini sangat banyak dan mendunia dengan biaya yang sangat murah dan
waktu
yang efisien. Untuk memperoleh alamat e-mail dapat dilakukan dengan cara
mendaftarkan
diri kepada penyedia layanan e-mail gratis atau dengan mendaftarkan diri
sebagai
subscriber pada server atau ISP tertentu. Kontrak e-mail dapat berupa penawaran
yang
dikirimkan kepada seseorang atau
kepada
banyak orang yang tergabung dalam sebuah mailing list, serta penerimaan dan
pemberitahuan
penerimaan yang seluruhnya dikirimkan melalui e-mail.
Di
samping itu kontrak e-mail dapat dilakukan dengan penawaran barangnya diberikan
melalui
situs web yang memposting penawarannya, sedangkan penerimaannya dilakukan
melalui
e-mail.
Kontrak
melalui web dapat dilakukan dengan cara situs web seorang supplier (baik yang
berlokasi
di server supplier maupun diletakkan pada server pihak ketiga) memiliki
diskripsi
produk
atau jasa dan satu seri halaman yang bersifat self-contraction, yaitu dapat
digunakan
untuk
membuat kontrak sendiri, yang memungkinkan pengunjung web untuk memesan
produk
atau jasa tersebut.
Para
konsumen harus menyediakan informasi personal dan harus menyertakan nomor kartu
kredit.
Selanjutnya,
mekanismenya adalah sebagai berikut:
untuk
produk on line yang berupa software, pembeli diizinkan untuk men-download-nya;
untuk
produk yang berwujud fisik, pengiriman barang dilakukan sampai di rumah
konsumen;
untuk
pembelian jasa, supplier menyediakan untuk melayani konsumen sesuai dengan
waktu
dan tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian.
Mekanisme
transaksi elektronik dengan e-commerce dimulai dengan adanya penawaran
suatu
produk tertentu oleh penjual (misalnya bertempat kedudukan di USA) di suatu
website
melalui server yang berada di Indonesia (misalnya detik.com). Apabila konsumen
Indonesia
melakukan pembelian, maka konsumen tersebut akan mengisi order mail yang
telah
disediakan oleh pihak penjual.
Selanjutnya
cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh konsumen tersebut dapat memilih
dengan
:
a.transaksi
model ATM;
b.pembayaran
langsung antara dua pihak yang bertransaksi tanpa perantara;
c.dengan
perantaraan pihak ketiga;
d.dengan
micropayment;
e.dengan
Anonymous Digital Cash.
Dewasa
ini lembaga-lembaga pembiayaan, seperti Visa dan Mastercard, telah
mengembangkan
sistem pembayaran dengan Secure Electronic Transaction (SET). Dengan
sistem
ini transaksi akan melibatkan lembaga CA (Certificate of Authenticity) dan
payment
gateway.
Uraian mengenai hal ini selanjutnya akan dibahas pada bagian terakhir bahasan
Hukum
dan Cyberlaw. Tetapi pada intinya mekanisme pembayaran dengan menggunakan
SET
ini melibatkan beberapa pihak yaitu :
a.
issuer, yaitu institusi financial yang mengeluarkan kartu bank;
b.
cardholder, yaitu konsumen yang telah terdaftar di issuer;
c.
merchant, yaitu penjual barang atau jasa atau informasi;
d.
acquirer, yaitu institusi finansial yang menyediakan pelayanan untuk memproses
transaksi
kartu bank;
e.
CA, yaitu lembaga yang memiliki otoritas untuk mengeluarkan sertifikat digital.
Apabila
proses pembayaran tersebut telah diotorisasi, maka proses selanjutnya adalah
pengiriman
barang. Cara pengiriman barang tersebut disesuaikan dengan macam produk
yang
diperdagangkan. Untuk produk yang berupa barang-barang berwujud, maka
pengirimannya
dilakukan melalui pengiriman biasa, sedangkan untuk barang-barang tak
berwujud
seperti jasa, software atau produk digital lainnya maka pengirimannya melalui
proses
download.
Dalam
proses terjadinya transaksi e-commerce, menurut Julian Ding sebagaimana dikutip
oleh
Marian Darus Badrulzaman menentukan bahwa: “A contract is a struck when two or
more
persons agree to a certain course of conduct”.
Maksudnya,
kontrak adalah sebagai pertemuan dalam dua atau lebih pihak setuju
melakukan
tindakan tertentu, sehingga pada saat itulah kesepakatan tercapai.
Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut di atas, maka secara umum mekanisme transaksi
elektronik
melalui e-commerce dapat digambarkan sebagai berikut :
a.
E-customer dan e-merchant bertemu dalam dunia maya melalui server yang disewa
dari
Internet
Server Provider (ISP) oleh e-merchant.
b.
Transaksi melalui e-commerce disertai term of use dan sales term condition atau
klausula
standar, yang pada umumnya e-merchant telah meletakkan klausula
kesepakatan
pada website-nya, sedangkan e-customer jika berminat tinggal memilih
tombol
accept atau menerima.
c.
Penerimaan e-customer melalui mekanisme “klik” tersebut sebagai perwujudan dari
kesepakatan
yang tentunya mengikat pihak e-merchant.
d.
Pada saat kedua belah pihak mencapai kesepakatan, kemudian diikuti dengan
proses
pembayaran,
yang melibatkan dua bank perantara dari masing-masing pihak yaitu
acquiring
merchant bank dan issuing customer bank.Prosedurnya e-customer
memerintahkan
kepada issuing customer bank untuk dan atas nama e-customer
melakukan
sejumlah pembayaran atas harga barang kepada acquiring merchant bank
yang
ditujukan kepada e-merchant.
e.
Setelah proses pembayaran selesai kemudian diikuti dengan proses pemenuhan
prestasi
oleh
pihak e-merchant berupa pengiriman barang sesuai dengan kesepakatan mengenai
saat
penyerahan dan spesifikasi barang.
Contoh
Penggunaan E-Commerce pada UKM
Penerapan
TI Memperkuat UKM India
Konfederasi
Industri India atau Confederation of Indian Industry (CII), awal bulan lalu
merilis
hasil
survey yang memperlihatkan bahwa TI telah mengubah peruntungan segmen UKM di
India.
Survey
yang dilaporkan awal November lalu ini menyebutkan bahwa penggunaan TI di
kalangan
UKM India dan hadirnya website telah menghasilkan peningkatan pendapatan.
Survey
ini menunjukkan bahwa akuntansi dan pengelolaan inventaris (inventory
management)
merupakan dua wilayah kunci dimana e-commerce di kalangan UKM India
kini
tengah diterapkan.
Dalam
survey tersebut, dilaporkan bahwa 78% dari responden mengindikasikan suatu
peningkatan
dalam pendapatannya akibat penggunaan TI. Kemudian, 12% dari responden
melaporkan
peningkatan pendapatan antara 5-25%. Sementara itu, 8% responden
melaporkan
peningkatan pendapatan 25-50%. Peningkatan pendapatan ini kemungkinan
disebabkan
oleh berbagai keuntungan dari aplikasi TI oleh kalangan UKM.
Dibandingkan
tahun sebelumnya, ada peningkatan dalam persentase responden yang
menggunakan
TI, dengan tingkat penggunaan TI yang bertambah baik secara bertahap. Tren
aplikasi
TI untuk berbagai fungsi relatif sama untuk tahun ini. Keuangan tetap menjadi
bagian
yang paling tinggi dalam penerapan TI dalam suatu perusahaan, diikuti dengan
bagian
penjualan dan pemasaran, penelitian dan pengembangan (R&D) dan masalah
korporat,
demikian menurut
survey
tersebut.
“Berkaitan
dengan penggunaan Internet oleh kalangan UKM, ada peningkatan secara
bertahap
dalam persentase responden yang menggunakan Internet secara efektif dan
efisien
dibandingkan tahun sebelumnya,” berdasarkan survey tersebut. Survey CII-SME ini
juga
melaporkan meningkatnya kepedulian di kalangan UKM untuk memiliki website
sendiri.
Beberapa
Tips dan Trik dalam Penggunaan E-Commerce
Saat
ini, hampir semua calon konsumen menanyakan, “Ada websitenya nggak?” apabila
ditawari
sebuah produk, jasa atau pilihan berbisnis. Karena itulah, kini keberadaan
sebuah
Toko
Online / internet marketing system menjadi hal penting dalam menjalankan
business,
baik
berjualan barang maupun jasa. Maka, terlebih dulu harus diketahui masalah apa
saja
yang
ditemui saat telah memiliki Toko Online / online shop. Siapa sebetulnya yang
menjadi
target
customer? Apakah internasional atau nasional? Hal lain yang harus dipikirkan
adalah
masalah
pembayaran, pemesanan, pengepakan dan pengiriman.
Berikut
adalah masukan dari anggota dan moderator milis Dunia Wirausaha yang sukses
berjualan
lewat internet, maupun sukses pula menjadi konsumen Toko Online :
1)
Umumnya masalah yang ditemui bagi (calon) konsumen dari Indonesia adalah yang
berkaitan
dengan kepercayaan. Calon konsumen banyak yang susah percaya dengan
sistem
penjualan online (misalnya, takut tertipu sudah melakukan pembayaran namun
tidak
ada pengantaran barang).
Cara
paling mudah untuk mencegah hal ini adalah dengan mencantumkan alamat dan
nomor
telepon di website atau di signature email, karena ini menjadi bukti bahwa
penjualan
ini tidak main-main atau bohongan, sekaligus memberikan kepercayaan pada
calon
konsumen bahwa penjual “mudah dicari”. Ini sesuai pula dengan masukan salah
seorang
anggota Milis Dunia Wirausaha yang melihat performance sebuah online shop
berdasarkan
history penjualan selama ini, misalnya di E-bay dimana konsumen bisa
melihat
sudah berapa banyak penjualan yang berhasil dilakukan. Ketidakpercayaan ini
juga
bisa timbul karena calon konsumen tidak bisa melihat langsung contoh barang
yang
dijual.
Karena itu, sebaiknya ada pula keterangan mengenai Info Barang.
2)
Perlu adanya info tentang barang yang jelas dan cukup detail karena calon
konsumen
tidak
bisa langsung memegang dan melihat (langsung) barang yang ingin dibeli. Foto
produk
adalah hal yang sangat penting, termasuk juga apabila barang yang dijual
tersebut
multifungsi.
Sebaiknya
menyediakan berbagai tampilan foto yang memperlihatkan masing-masing
fungsinya.
Detail-detail
lain yang selayaknya ditampilkan pula ialah :
Pilihan warna (dengan foto).
Info ukuran dan info bahan.
Info perawatan.
Info pengecekan jumlah
barang yang tersedia.
Sebaiknya
langsung tersedia info ini (bukan menghubungi kembali), karena ini akan
mempengaruhi
keinginan konsumen untuk membeli (berkaitan dengan total berat
barang
yang yang akan dibeli dan perbandingannya dengan ongkos pengiriman).
3)
Harga yang kompetitif. Pasalnya, konsumen online biasanya akan lebih mudah
membandingkan
dengan harga-harga jual di toko online lainnya ataupun toko biasa.
4)
Pengiriman yang murah dan cepat biasanya menjadi masukan juga untuk si calon
konsumen.
Beban
biaya pengiriman akan lumayan terasa berat jika barangnya sendiri kecil secara
ukuran
atau murah secara nominal harga. Akan lebih baik jika ada penawaran beberapa
jenis
kiriman, biasa atau ekspress. Akan tetapi ada pula pengiriman barang yang tidak
memperhatikan
dimensi dan berat total barang.
TIKI
termasuk salah satu jasa pengiriman yang direkomendasikan karena calon
konsumen
bisa mengecek sendiri lewat www.tiki.co.id untuk melihat harga kirim sesuai
wilayah
dan berat.
Alternatif
lainnya, ialah membuat jasa kurir sendiri (khusus) untuk melayani pengiriman
(untuk
pengiriman lokal, misalnya Jakarta saja) dimana jasa kurir ini juga bisa
bekerja sama
dengan
kurir lain untuk pengiriman luar kota.
5)
Untuk pembayaran, ada beberapa alternatif. Akan lebih mudah bagi konsumen
apabila
ada
beberapa pilihan pembayaran misalnya: transfer bank setelah barang diterima,
pembayaran
didepan atau kartu kredit.
Untuk
COD (Cash on Delivery), sebaiknya hal ini dipilih apabila menggunakan jasa
kurir
pribadi,
terutama untuk konsumen baru (yang baru pertama kali membeli atau memakai
jasa)
dimana umumnya mereka lebih merasa aman dengan COD. Akan jadi nilai plus
apabila
sang kurir bisa menerangkan pada konsumen tentang cara pemakaian barang
tersebut.
6)
Pengemasan, tergantung pada barang apa yang dijual dan lokasi tujuan barang.
Biasanya
kalau
dekat, cukup dengan plastik, namun untuk luar kota tetap harus ada pengemasan
yang
lebih kuat dan aman, apalagi jika barangnya dapat rusak atau pecah.
7)
Customer Service harus tersedia dan siap dihubungi oleh konsumen kapan saja.
Karena
e-commerce
tergolong baru di Indonesia, jadi jika barang belum diterima, konsumen
sering
was-was dan terus menerus menghubungi penjual. Maka sangat diperlukan
customer
service yang dapat dengan cepat menanggapi pertanyaan maupun keluhan.
8)
Pilih tempat web hosting yang reliable dan supportnya mudah di hubungi.
9)
Adanya keterangan update pemesanan sampai pengiriman. Misalnya, pemberitahuan
setelah
form pesanan diterima, pemberitahuan setelah pembayaran diterima, serta
pemberitahuan
mengenai waktu pengiriman dan perkiraan tiba di tempat konsumen.
10)
Insentif untuk pengunjung atau konsumen. Misalnya untuk konsumen yang aktif di
website
tersebut, ex: tersedia potongan harga senilai Rp.X untuk pengunjung yang
mengisi
kuesioner. Intinya, seperti masukan seorang anggota milis Dunia Wirausaha
yaitu
Toko Online yang “bagus” adalah yang bagus secara sistem aplikasi juga sistem
pelayanannya.
11)
Komersialisasi situs web. Pemilik juga harus memperhatikan sumber pendanaan per
bulannya,
antara lain untuk hosting dan domain Jika belum mendapatkan pendapatan
dari
web, maka ia harus menyediakan cadangan dana. Karena itu mengkomersialisasikan
web
Toko Online juga bisa menjadi perhatian khusus.
Contoh,
lewat pemasangan iklan banner di mana pengiklan biasanya mau memasang iklan
apabila
web tersebut ramai pengunjungnya.Untuk melihat hal ini, perlu disediakan juga
tools
untuk memeriksa traffic kunjungan, dan cara-cara internet marketing yang baik
(tidak
melakukan
spam).
PERBEDAAN
PENGEMBANGAN SOFTWARE DENGAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
Pengembangan
Software
Sebuah
metodologi pengembangan perangkat lunak (software) mengacu pada kerangka
yang
digunakan untuk struktur, merencanakan, dan mengontrol proses pengembangan
sistem
informasi. Berbagai kerangka tersebut telah
berkembang selama bertahun-tahun,
masing-masing
dengan kekuatan sendiri diakui dan kelemahan. Satu sistem metodologi
pengembangan
yang belum tentu cocok untuk digunakan oleh seluruh proyek. Setiap
metodologi
yang tersedia sangat cocok untuk jenis proyek tertentu, berdasarkan berbagai
teknis,
proyek organisasi, dan pertimbangan tim.
Kerangka
metodologi pengembangan perangkat lunak terdiri dari:
1.
Sebuah filosofi pengembangan perangkat lunak, dengan pendekatan atau pendekatan
dari
proses pengembangan perangkat lunak
2.
Beberapa alat, model dan metode, untuk membantu dalam proses pengembangan
software.
Pendekatan
pembangunan software yang dapat digunakan:
Prototyping
Prototyping
paradigma dimulai dengan pengumpulan kebutuhan.
Pengembang dan
pelanggan
bertemu dan mendefinisikan obyektif keseluruhan dari software,
mengidentifikasi
segala kebutuhan yang diketahui, dan area garis besar dimana definisi lebih
jauh
merupakan keharusan kemudian dilakukan “perancangan kilat”. Perancangan kilat
berfokus
pada penyajian dari aspek – aspek software tersebut yang akan nampak bagi
pelanggan
atau pemakai (contohnya pendekatan input dan format output). Perancangan
kilat
membawa kepada konstruksi sebuah prototipe. Prototipe tersebut dievaluasi oleh
pelanggan/pemakai
dan dipakai untuk menyaring kebutuhan pengembangan software.
Spiral
Model
spiral (spiral model) adalah model proses software yang evolusioner yang
merangkai
sifat
iteratif dari prototipe dengan cara kontrol dan aspek sistematis. Model ini
berpotensi
untuk
pengembangan versi pertambahan software secara cepat. Di dalam model spiral,
software
dikembangkan di dalam suatu deretan pertambahan
Model
spiral dibagi menjadi sejumlah aktifitas kerangka kerja, disebut juga wilayah
tugas, di
antara
tiga sampai enam wilayah tugas, yaitu :
1.
Komunikasi Pelanggan
2.
Tugas – tugas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang efektif di antara
pengembangan
dan pelanggan.
3.
Tugas – tugas yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sumber – sumber daya,
ketepatan
waktu,
dan proyek informasi lain yang berhubungan.
Water
falls
Model
air terjun adalah proses pembangunan berurutan, dimana pembangunan dilihat
sebagai
terus mengalir ke bawah (seperti air terjun) melalui tahap analisis kebutuhan,
desain,
penerapan, pengujian (validasi), integrasi, dan pemeliharaan.
Prinsip
dasar model air terjun adalah:
Proyek
dibagi menjadi fase yang berurutan, dengan beberapa tumpang tindih dan
splashback
diterima antara fase.
Penekanan
adalah pada perencanaan, jadwal waktu, tanggal target, anggaran dan
pelaksanaan
seluruh sistem pada satu waktu.
Kontrol
ketat dijaga selama umur proyek melalui penggunaan dokumentasi tertulis yang
luas,
serta melalui review dan persetujuan formal / signoff oleh pengguna dan
manajemen
teknologi informasi yang terjadi pada akhir fase yang paling sebelum
memulai
tahap berikutnya.
Pengembangan
Sistem Informasi:
Prinsip-prinsip
yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi yaitu:
1.
Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen.
Setelah
sistem selesai dikembangkan, maka yang akan menggunakan informasi dari
sistem
ini adalah manajemen, sehingga sistem harus dapat mendukung, kebutuhan yang
diperlukan
oleh manajemen. Pada waktu Anda mengembangkan sistem, maka prinsip ini
harus
selalu diingat.
2.
Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar.
Sistem
informasi yang akan Anda kembangkan membutuhkan dana modal yang tidak
sedikit,
apalagi dengan digunakannya teknologi yang mutakhir.
Sistem
yang dikembangkan ini merupakan investasi modal yang besar. Seperti halnya
dengan
investasi modal lainnya yang dilakukan oleh perusahaan, maka setiap investasi
modal
harus mempertimbangkan 2 hal berikut ini:
1.
Semua alternatif yang ada harus diinvestigasi.
2.
Investasi yang terbaik harus bernilai.
3.
Sistem yang dikembangkan memerlukan orang-orang yang terdidik.
Manusia
merupakan faktor utama yang menentukan berhasil tidaknya suatu sistem, baik
dalam
proses pengembangannya, penerapannya, maupun dalam proses operasinya.
Oleh
karena itu orang yang terlibat dalam pengembangan maupun penggunaan sistem
ini
harus merupakan orang yang terdidik tentang permasalahan-permasalahan yang ada
dan
terhadap solusi-solusi yang mungkin dilakukan.
4.
Tahapan kerja dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam proses pengembangan
sistem.
Proses
pengembangan sistem umumnya melibatkan beberapa tahapan kerja dan
melibatkan
beberapa personil dalam bentuk suatu team untuk mengerjakannya.
Pengalaman
menunjukan bahwa tanpa adanya perencanaan dan koordinasi yang baik,
maka
proses pengembangan sistem tidak akan berhasil dengan memuaskan. Untuk
maksud
ini sebelum proses pengembangan sistem dilakukan, maka harus dibuat terlebih
dahulu
skedul kerja yang menunjukkan tahapan-tahapan kerja dan tugas-tugas
pekerjaan
yang akan dilakukan, sehingga proses pengembangan sistem dapat dilakukan
dan
selesai dengan berhasil sesuai dengan waktu dan anggaran yang direncanakan.
5.
Proses pengembangan sistem tidak harus urut.
Prinsip
ini kelihatannya bertentangan dengan prinsip nomor 4, tetapi tidaklah
sedemikian.
Tahapan kerja dari pengembangan sistem di prinsip nomor 4 menunjukkan
langkah-langkah
yang harus dilakukan secara bersama-sama. Ingatlah waktu adalah
uang.
Misalnya di dalam pengembangan sistem, perancangan output merupakan
tahapan
yang harus dilakukan sebelum melakukan perancangan file. Ini tidak berarti
bahwa
semua output harus dirancang semuanya terlebih dahulu baru dapat melakukan
perancangan
file, tetapi dapat dilakukan secara serentak, yaitu sewaktu proses
pengadaan
hardware.
6.
Jangan takut membatalkan proyek.
Umumnya
hal ini merupakan pantangan untuk membatalkan suatu proyek yang sedang
berjalan.
Keputusan untuk meneruskan suatu proyek atau membatalkannya memang
harus
dievaluasi dengan cermat. Untuk kasus-kasus yang tertentu, dimana suatu proyek
terpaksa
harus dihentikan atau dibatalkan karena sudah tidak layak lagi, maka harus
dilakukan
dengan tegas. Keraguan untuk terus melanjutkan proyek yang tidak layak lagi
karena
sudah terserapnya dana kedalam proyek ini hanya akan memubang dana yang
sia-sia
KONVERSI
SISTEM LAMA KE SISTEM BARU
Fenomena
penyebab kegagalan pengalihan konversi dari suatu sistem lama ke sistem yang
baru
dapat berasal dari 3 pihak terkait yang berperan didalam pengembangan sistem
informasi,
yaitu: manajemen yang mewakili pihak perusahaan atau end-user, vendorsebagai
pihak
ketiga yang membantu dalam perancangan, pengembangan serta implementasi
sistem
baru tersebut dan user sebagai pengguna umum sistem tersebut.
1.Manajemen
(end-user)
Dari
pihak manajemen sebagai end-user fenomena kegagalan konversi sistem informasi
dapat
disebabkan karena:
1.
Kurangnya keterlibatan end-user dalam proses pengembangan sehingga,
menyebabkan
pernyataan
kebutuhan dan spesifikasi sistem yang kabur, akibatnya ruang lingkup sistem
baru
yang ingin diterapkan menjadi tidak jelas dan pada akhirnya meningkatkan resiko
kegagalan
dalam proses konversi.
2.
Hal yang sama juga dapat disebabkan karena pernyataan kebutuhan dan spesifikasi
sistem
yang senantiasa berubah-ubah, sehingga mempersulit pihak developer didalam
menangkap
keinginan konsumen.
3.
Kurangnya dukungan dari manajemen eksekutif di perusahaan tersebut. Sehingga,
sebagian
besar jajaran direksi perusahaan tidak mau tahu mengenai penerapan sistem
informasi
baru di perusahaannya dan menyerahkan sepenuhnya pada ahli TI. Padahal,
implementasi
sistem informasi di perusahaan tidak hanya berhubungan dengan
teknologi
saja, namun juga berkaitan erat dengan bisnis perusahaan, akibatnya sistem
baru
yang digulirkan berjalan dengan tersendat-sendat.
4.
Buruknya perencanaan yang disusun oleh pihak manajemen sehingga ketika konversi
dilakukan
muncul berbagai hambatan.
5.
Ketidakinginan manajemen dalam merubah paradigma berpikir maupun bekerja,
sehingga
timbulnya kecenderungan untuk mempertahankan status quo atau comfort
zone
mereka, akibatnya berbagai prasyarat utama untuk menjalankan atau
mengimplementasikan
sistem baru tersebut tidak tercapai.
6.
Harapan yang tidak realistis dari manajemen perusahaan, sehingga timbulnya
ekspektasi
yang
terlampau berlebihan dari pihak manajemen terhadap sistem baru yang ingin
diterapkan
tanpa perduli dengan isu-isu terkait dengan pendekatan atau strategi
menerapkan
sistem tersebut secara efektif.
7.
Kurangnya sosialisasi terhadap konversi ke sistem baru kepada segenap karyawan
perusahaan,
sehingga banyak pihak yang menolak dibandingkan dengan yang
mendukung
terjadinya perubahan sistem.
A.
Users
B.
Sumberdaya Manusia (SDM) di perusahaan tersebut tidak siap dalam menerima
sistem
baru karena harus dapat mengubah pola kebiasaan dan kebudayaan yang
sebelumnya
diterapkan di perusahaan. Sehingga, seringkali SDM sulit untuk
menyesuaikan
diri.
C.
Ketidakinginan para user untuk merubah cara kerja dalam beraktivitas
sehari-hari
sehingga
selalu menentang segala bentuk aplikasi sistem baru tersebut, yang pada
dasarnya
membutuhkan keinginan dan kemampuan untuk bekerja dengan cara yang
lebih
efektif dan efisien.
D.
Harapan yang berlebihan dan cenderung keliru terhadap sistem yang baru yang
biasanya
para user menganggap bahwa teknologi informasi dan software dapat
menyelesaikan
segala masalah dan kesulitan yang ada.
E.
Kurangnya pelatihan bagi para user agar yang bersangkutan memiliki kompetensi
dan
keahlian yang memadai untuk menjalankan sistem baru tersebut.
F.
Perusahaan memiliki SDM dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
berbeda-beda
dan sebagian besar kemampuannya berasal dari manajemen
fungsional
perusahaan.
2. Vendors
1.
Inkompetensi teknologi atau kurangnya pengalaman dari vendor maupun
sumber daya
manusia
dari penyedia jasa outsourcing sistem informasi.
2.
Kurangnya kemampuan memberikan pemahaman dan penjelasan yang memadai
mengenai
paradigma yang dipergunakan dalam sistem baru kepada mereka yang
berkepentingan
(user dan end-user), sehingga seringkali terjadi kekeliruan dalam cara
memandang
pergantian sistem.
3.
Pemilihan aplikasi yang keliru atau tidak sesuai dengan situasi dan kondisi
perusahaan
yang
membutuhkannya.
4.
Terjadinya kesalahan dalam usaha membantu manajemen dalam mendefinisikan
kebutuhannya,
sehingga ketika sistem baru yang akan diterapkan, tidak memberikan
hasil
sebagaimana yang diharapkan oleh para pihak terkait (user dan end-user).
5.
Kurangnya pelatihan yang memadai dan efektif kepada segenap pihak terkait,
sehingga
mereka
tidak dapat menggunakan dan memanfaatkannya secara baik.
Selain
faktor diatas, tinggi rendahnya risiko keberhasilan proses pengalihan sistem
informasi
dari
sistem lama ke sistem yang baru juga dipengaruhi oleh beberapa aspek lain
seperti:
1.
Aspek Manusia
Semakin
banyak unsur manusia yang terlibat dalam aktivitas pemasukan, pengorganisasian,
pemeliharaan,
dan pengawasan data, akan meningkatkan potensi terjadinya kesalahan yang
berpengaruh
pada kualitas data yang disimpan, yang berarti akan memperbesar risiko
kesalahan
yang terjadi dalam proses pengalihan tersebut;
2.
Aspek Kebijakan
Semakin
tidak adanya kebijakan standar di perusahaan yang selama ini dipergunakan
sebagai
acuan dalam proses pengelolaan data, semakin sulit menentukan strategi migrasi
yang
tepat, yang berarti mempertinggi resiko implementasi skenario pengalihan; dan
lain
sebagainya.
3.
Aspek Data
Semakin
kompleks struktur, model, dan arsitektur data yang ingin dipindahkan, semakin
sulit
mekanisme pemetaan dan pemindahannya, yang berarti semakin tinggi resiko yang
dihadapi;
4.
Aspek Aplikasi
Semakin
berbeda platform, sistem, atau standar sistem aplikasi baru dibandingkan dengan
sistem
aplikasi yang lama, semakin sulit proses migrasi dilakukan, yang berarti akan
memperbesar
resiko yang dihadapi;
5.
Aspek Teknologi
Semakin
tersebar bentuk atau topologi perangkat keras dan jaringan yang merupakan
lokasi
penyimpanan
data, semakin sulit aktivitas pemetaan data yang harus dilakukan, yang berarti
akan
mempertinggi risiko yang dihadapi;
Untuk
mengurangi resiko kegagalan yang terjadi saat pergantian sistem, terdapat 4
metode
konversi
yang dapat dilakukan guna mempermudah pengenalan sistem baru ke dalam
organisasi
dan meningkatkan keberhasilan proses konversi.
Empat
bentuk utama dari konversi sistem mencakup konversi langsung, konversi paralel,
konversi
bertahap (phased) dan konversi percontohan (pilot).
1. Konversi Langsung (Direct
Conversion/Plunge Strategy)
Konversi
ini dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan menggantikannya
dengan
sistem baru. Cara ini merupakan yang paling berisiko, tetapi murah. Konversi
langsung
adalah pengimplementasian sistem baru dan pemutusan jembatan sistem
lama,sehingga
apabila konversi telah dilakukan, maka tak ada cara untuk balik ke sistem
lama.
Pendekatan
sesuai untuk kondisi-kondisi sebagai berikut:
1.
Sistem tersebut tidak mengganti sistem lain.
2.
Sistem yang lama sepenuhnya tidak bernilai.
3.
Sistem yang barn bersifat kecil atau sederhana atau keduanya.
4.
Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama, dan perbandingan antara
sistem
– sistem tersebut tidak berarti.
Keunggulan
:
Relatif
tidak mahal.
Kelemahan
:
Mempunyai
risiko kegagalan yang tinggi. Berikut merupakan ilustrasi konversi langsung.
2.
Konversi Paralel (Parallel Conversion)
Pada
konversi ini, sistem baru dan sistem lama sama-sama dijalankan. Setelah melalui
masa
tertentu,
jika sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan sistem lama, maka sistem
lama
segera dihentikan.
Cara
seperti ini merupakan pendekatan yang paling aman, tetapi merupakan cara yang
paling
mahal, karena pemakai harus menjalankan dua system sekaligus. Konversi Paralel
adalah
suatu pendekatan dimana baik sistem lama dan baru beroperasi secara serentak
untuk
beberapa période waktu. Dalam mode konversi paralel, output dari masing-masing
system
tersebut dibandingkan, dan perbedaannya direkonsiliasi.
Kelebihan
:
Memberikan
derajat proteksi yang tinggi kepada organisasi dari kegagalan sistem baru.
Kelemahan
:
Besarnya
biaya untuk duplikasian fasilitas dan biaya personel yang memelihara sistem
rangkap
tersebut, karena ketika proses konversi suatu sistem baru melibatkan operasi
paralel,
maka orang-orang pengembangan sistem harus merencanakan untuk melakukan
peninjauan
berkala dengan personel operasi dan pemakai.
3.
Konversi Bertahap (Phased Conversion)
Konversi
bertahap dilakukan dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama dengan
sistem
baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti kembali
dengan
yang
lama. Jika tak terjadi masalah, modul-modul baru akan dipasangkan lagi untuk
mengganti
modul-modul lama yang lain. Dengan pendekatan seperti ini, akhirnya semua
sistem
lama akan tergantikan oleh sistem baru.
Cara
seperti ini lebih aman daripada konversi langsung. Dengan metode phased
conversion,
sistem
baru diimplementasikan beberapa kali, dan secara perlahan menggantikan sistem
lama.
Konversi bertahap dapat menghindarkan risiko yang ditimbulkan oleh konversi
langsung
dan memberikan waktu yang banyak kepada pemakai untuk beradaptasi terhadap
perubahan.
Untuk menggunakan metode phased conversion, sistem harus disegmentasi.
Kelebihan
:
Kecepatan
perubahan dalam organisasi tertentu bisa diminimasi, dan sumber-sumber
pemrosesan
data dapat diperoleh sedikit demi sedikit selama période waktu yang luas.
Kelemahan
:
Keperluan
biaya yang harus diadakan untuk mengembangkan interface temporer dengan
sistem
lama, daya terapnya terbatas, dan terjadi kemunduran semangat di organisasi,
sebab
orang-orang
tidak pernah merasa menyelesaikan sistem.
4.
Pilot conversion
Pendekatan
ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada lokasi tertentu
yang
diperlakukan sebagai pelopor. Jika konversi ini dianggap berhasil, maka akan diperluas
ke
tempat-tempat yang lain. Ini merupakan pendekatan dengan biaya dan risiko yang
rendah.
Dengan metode Konversi Pilot, hanya sebagian dari organisasilah yang mencoba
mengembangkan
sistem baru. Kalau metode phase-in mensegmentasi sistem, sedangkan
metode
pilot mensegmentasi organisasi.
Perlunya
segmentasi organisasi.
Resiko
lebih rendah dibandingkan metode konversi langsung.
Biaya
lebih rendah dibandingkan metode parallel.
Cocok
digunakan apabila adanya perubahan prosedur, H/Wdan S/W.
Metode
Untuk Mengkonversi File Data Yang Ada
Keberhasilan
konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem
menyiapkan
penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru.
Dengan
mengkorversi suatu file, maksudnya adalah bahwa file yang telah
ada
{existing)harus dimodifikasi setidaknya dalam :
1.
Format file tersebut
2.
Isi file tersebut
3.
Media penyimpanan dimana file ditempatkan
Dalam
suatu konversi sistem, kemungkinan beberapa file bisa mengalami ketiga aspek
konversi
tersebut secara serentak. Terdapat dua metode dasar yang bisa digunakan untuk
menjalankan
konversi file :
1.
Konversi File Gradual
Konversi
file gradual (sedikit demi sedikit), umumnya digunakan dengan metode paralel
dan
phase-in. Dalam beberapa contoh, ia akan bekerja untuk metode pilot. Umumnya
konversi
file gradual tidak bisa diterapkan untuk konversi sistem langsung.
Beberapa
perusahaan mengkonversi file-file data mereka secara gradual (sedikit demi
sedikit).
Record-record akan dikonversi hanya ketika mereka menunjukkan beberapa
aktivitas
transaksi. Record-record lama yang tidak menunjukkan aktivitas tidak pernah
dikonversi.
Metode ini bekerja dengan cara berikut :
1.
Suatu transaksi diterima dan dimasukkan ke dalam sistem.
2.
Program mencari file master baru (misalnya file inventarisasi
atau file account
receivable)
untuk record yang tepat yang akan di update oleh transaksi itu. Jika
record
tersebut telah siap dikonversi, berarti peng-update-an record telah selesai.
3.
Jika record tersebut tidak ditemukan dalam file master baru,
file master lama diakses
untuk
record yang tepat, dan ditambahkan ke file master baru dan di update.
4.
Jika transaksi tersebut adalah record baru, yakni record yang
tidak dijumpai pada file
lama
maupun file baru (misalnya, pelanggan baru), maka record baru disiapkan dan
ditambahkan
ke file master baru.
2.
Konversi File Total
Konversi
file total dapat digunakan bersama dengan semua metode konversi file sistem
di
atas. Jika file sistem baru dan file sistem lama berada pada media yang bisa
dibaca
komputer,
maka bisa dituliskan program sederhana untuk mengkonversi file dari format
lama
ke format baru. Umumnya pengkonversian dari satu sistem komputer ke sistem
yang
lain akan melibatkan tugas-tugas yang tidak bisa dikerjakan secara otomatis.
Rancangan
file baru hampir selalu mempunyai field-field record tambahan, struktur
pengkodean
baru, dan cara baru perelasian item- item data (misalnya, file-file
relasional).
Seringkali, selama konversi file, kita perlu mengkonstruksi prosedur kendali
yang
rinci untuk memastikan integritas data yang bisa digunakan setelah konversi
itu.
Dengan
menggunakan klasifikasi file berikut, perlu diperhatikan jenis prosedur kendali
yang
digunakan selama konversi
Klasifikasi
File Data
Keberhasilan
konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem
menyiapkan
pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru, file sendiri dapat
diklasifikasikan
menjadi
1.
File Tabel
File
ini dapat juga diciptakan dan dikonversi seiama konversi sistem. File tabel
bisa juga
diciptakan
untuk mendukung pengujian perangkat lunak.
2.
File Backup
Kegunaan
file backup adalah untuk memberikan keamanan bagi database apabila terjadi
kesalahan
pemrosesan atau kerusakan dalam pusat data. Oleh karenanya, ketika suatu
file
dikonversi atau diciptakan, file backup harus diciptakan.
3.
File Master
Merupakan
file utama dalam database. Biasanya paling sedikit satu file master
diciptakan
atau dikonversi dalam setiap konversi sistem.
4.
File Transaksi
File
ini selalu diciptakan dengan memproses suatu sub- system individual di dalam
sistem
informasi. Akibatnya, ia harus dicek secara seksama selama pengujian sistem
informasi.
5.
File Indeks
File
ini berisi kunci atau aiamat yang menghubungkan berbagai file master. File
indeks
baru
hams diciptakan kapan saja file master yang berhubungan dengannya mengalami
konversi.
Tahap
akhir dalam siklus pengembangan system yaitu melibatkan pengintegrasian semua
komponen
rancangan sistem => termasuk Perangkat Lunak, pengkonversian sistem total ke
operasi.
Rencana
Implementasi
Adalah
formulasi rinci dan representasi grafik mengenai cara pencapaian implementasi
sistem
yang akan dilaksanakan (Tergantung pada Kompleksitas proyek).
Team
Implementasi, terdiri dari:
1.
Profesional sistem yang merancang sistem
2.
Para manajer dan beberapa staff
3.
Perwakilan Vendor
4.
Pemakai Primer
5.
Pengcode
6.
Teknisi
Bagian
Pokok Implementasi Diperlukan :
1.
Persiapan tempat
2.
Pelatihan personil
3.
Persiapan/pembuatan dokumentasi
4.
Konversi file dan sistem
5.
Peninjauan Pasca Implementasi
Persiapan
tempat Yang perlu dipersiapkan :
1.
Ruang (sesuai dengan platform teknologi yang akan digunakan – Micro, mini atau
mainframe)
2.
Listrik, Telpon, koneksi lainnya, ventilasi, AC, Keset anti debu, karpet, rak,
penyangga
barang,
meja, penyimpan disk/pita, lemari kabinet, tempat personil, lokasi printer,
dudukan
printer dan furniture yang dirancang secara ergonomis
3.
Pengujian Burn in (simulasi operasi pada vendor)
Pelatihan
Personil
1.
Tidak ada sistem yang bekerja secara memuaskan jika para pemakai dan orang lain
yang
berinteraksi
dengan sistem tersebut tidak dilatih secara benar.
2.
Pelatihan Personil tidak hanya meningkatkan keahlian/ketrampilan pemakai, namun
juga
memudahkan penerimaan mereka terhadap sistem baru
Cakupan
pelatihan :
Tutorial,
mengajarkan cara menjalankan sampai pelatihan untuk mengajarkan pokok-pokok
sistem
baru.
Program
Pelatihan :
1.
Pelatihan In house
2.
Pelatihan yang disediakan oleh vendor
3.
Jasa pelatihan luar
Teknik
dan Alat bantu pelatihan :
1.
Teleconferencing
2.
Perangkat lunak pelatihan interaktif
3.
Pelatihan dengan instruktur
4.
Pelatihan magang
5.
Manual prosedur
6.
Buku teks
Perangkat
lunak pelatihan interaktif :
1.
CBT (Computer-Based Training)
2.
ABT (Audio-Based Training)
3.
VBT (Video-Based Training)
4.
VOD (Video-Optical Disk)
Menyiapkan
Dokumen
Dokumentasi
adalah materi tertulis/video/audio yang menjabarkan cara beroperasinya
sebuah
sistem (termasuk pokok bahasan-pokok bahasan yang harus dikuasai oleh pemakai)
Tujuan
Dokumentasi :
1.
Pelatihan
2.
Penginstruksian
3.
Pengkomunikasian
4.
Penetapan standart kinerja
5.
Pemeliharaan sistem
6.
Referensi historis
Menyiapkan
Dokumen
Empat
Area Utama Dokumentasi :
1.
Dokumentasi Pemakai
2.
Dokumentasi Sistem
3.
Dokumentasi Perangkat Lunak
4.
Dokumentasi Operasi
Mengkonversi
Sistem Baru
Proses
pengubahan dari sistem lama ke sistem baru. Kompleksitas dalam pengconversian
tergantung
pada beberapa faktor antara lain : Jenis PL, Database, Perangkat H/W, Kendali,
Jaringan,
prosedur.
Pengalihan
Sistem Informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat
fatal,
terjadi karena :
1.
Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan system yang baru.
2.
System baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam
pelaksanaanya,
sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan system
baru
justru mempersulit kinerja yang sudah ada.
3.
Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.
4.
Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang
baik.
5.
Tidak ada komunikasi yang baik diantara vendor sebagai penyedia IT dengan
perusahaan
sebagai
pengguna, sehingga system baru yang terbentuk menjadi tidak sesuai dengan
kebutuhan
pengguna.
6.
Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus dilakukan
agar
perusahaan
tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak
membutuhkan
teknologi tersebut.
Fenomena
ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru
maka
akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan
menjalani
adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses kerja),
kultural
(perilaku, mind set, komitmen) dan politikal (munculnya isu efisiensi
karyawan/PHK,
sponsorship/dukungan
top management). Dengan adanya ketiga hal ini maka terjadi saling
tuding
di dalam organisasi, dimana manajemen puncak menyalahkan bawahan yang
bertanggung
jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang peranti TI itu sendiri.
Langkah-langkah
yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat dihindari:
1.
Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung
pengoperasian
sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara
subsistem-subsistem
ini. Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini
mengetahui
masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus
segera
di selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat
perusahaan,
selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.
2.
Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa
yang
belum
maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti
yang
sudah dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan
perusahaan
mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang
ingin
dicapai perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.
3.
Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak
pegawai
maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek
pengembangan
dan sistem operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis
informasi,
dapat mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan
mengambil
empat langkah berikut :
4.
Menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job
enhancement)
dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan
membosankan,
serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan
mereka.
5.
Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud
perusahaan.
Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis dan
penerapan
dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.
6.
Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan
manajemen.
Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-dampak
dari
sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal dan
penyertaan
pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.
7.
Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi
kebutuhan
pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada mereka
bahwa
bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi
kebutuhan
mereka.
URGENSI
ASPEK MAINTAINAIBILITY DALAM PENGEMBANGAN SOFTWARE UNTUK
MENUNJUANG
SISTEM INFORMASI
Aspek
maintainability/pemeliharaan meliputi kegiatan pemoitoran, evaluasi, dan
modifikasi
sistem
untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Tahap ini merupakan peninjauan pasca
implementasi
agar sistem yang dikembangkan sesuai dengan spesifikasi sistem yang ingin
dibangun.
Kesalahan dalam pengembangan atau penggunaan sistem dapt dikoreksi dalam
tahap
ini. Pemeliharaan ini juga meliputi perbaikan jika ada perubahan lingkungan
eksternal.
Software
quality adalah pemenuhan terhadap kebutuhan
fungsional dan kinerja yang
didokumentasikan
secara eksplisit, pengembangan standar yang didokumentasikan secara
eksplisit,
dan sifat-sifat implisit yang diharapkan dari sebuah software yang dibangun
secara
profesional
(Dunn, 1990). Menurut McCall, 1997 kriteria yang mempengaruhi kualitas
software
terbagi menjadi tiga aspek penting yaitu :
1.
Sifat-sifat operasional dari software (Product Operations);
2.
Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision)
3.
Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan baru (Product
Transition).
Unsur
maintainability dalam pengembangan software termasuk dalam Product
Operations,
maintability
adalah kemampuan software dalam menjalani perubahan. Setelah
sebuah
software
berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal yang
perlu
diperbaiki berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Sebuah software yang
dirancang
dan dikembangkan dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika
diperlukan.
Seberapa jauh software tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor lain yang
harus
diperhatikan.
Salah
satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan software untuk menjalani
perubahan
adalah
Maintainability.Maintainability
adalah usaha yang diperlukan untuk menemukan
dan
memperbaiki kesalahan (error) dalam software. Maintanability juga
disebut sebagai
pemeliharaan
sistem (system maintenance).
System
maintenance atau pemeliharaan sistem
dapat didefinisikan sebagai
prosesmonitoring,
evaluasi dan modifikasi dari sistem yang tengah beroperasi agar
dihasilkan
performa yang dikehendaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar